Monday, March 13, 2017

Hidup Sejahtera dengan Peduli pada Alam

Arus teknologi dan informasi yang kian berkembang pesat membuat banyak prioritas dalam hidup seseorang menjadi berubah. Perubahan yang kian berkembang juga mengakibatkan pola pikir dan panduan perilaku yang juga banyak bergeser dari nilai-nilai asalnya. Seseorang yang tidak mampu mengikuti perubahan dan perkembangan jaman yang semakin cepat akan tertinggal semakin jauh dan akan menjadi semakin sulit beradaptasi dengan keadaan-keadaan yang baru.

Manusia sekarang menjadi manusia instan, ingin segala sesuatunya dilakukan, dikerjakan dan memberikan hasil yang cepat dapat diperoleh. Keegoisan manusia dan kecenderungannya untuk berkuasa membuat manusia sering lupa bahwa manusia hidup di alam semesta yang harus juga dipelihara. Egoisme dan keserakahan manusia sering kali membawa dampak yang buruk bagi lingkungan sekitarnya, bagi alam pada umumnya.

Kesejahteraan dan kemakmuran seringkali diukur dari kekayaan pribadi masing-masing individu. Berapa besar luas rumah yang ditinggali, seberapa banyak uang yang tersimpan, seberapa sering bepergian ke Luar Negeri, atau seberapa banyak barang bermerk terkenal yang dikenakannya. Manusia mengukur kesejahteraan dan kemakmuran seringkali berdasarkan ukuran materi yang dimilikinya.

Sebagai manusia yang beragama dan berTuhan, seberapa besar kita pernah menyadari bahwa kesejahteraan itu sebenarnya dapat kita nikmati saat kita sedang memandangi pegunungan yang sejuk, kemakmuran itu berarti bahwa kita dapat menikmati udara pantai yang menyegarkan, kebahagiaan dan kedamaian itu tercipta justru pada saat kita sedang bersekutu dengan alam sekitar kita.

Ijinkan saya bertanya pada Anda yang saat ini sedang membaca tulisan saya ini. Apakah Anda kenal dengan tetangga-tetangga yang ada disekitar Anda? Bukan sekedar tahu nama tapi juga mampu bertegur sapa dan saling mengobrol saat berjumpa? Seberapa sering Anda bertegur sapa dengan tukang sampah yang setiap hari mengambil sampah rumah tangga di depan rumah Anda? Apakah Anda tahu kemana sampah-sampah itu dibuang setelah diangkut oleh tukang sampah? Seberapa sering Anda memperhatikan jumlah sampah rumah tangga yang Anda buang setiap harinya? Apakah ada makanan sisa yang juga Anda buang? Seberapa banyak makanan sisa yang Anda buang? Atau bahkan, pernahkah Anda memperhatikan isi lemari pendingin Anda, apakah ada makanan yang telah lewat masa berlakunya dan Anda tidak menyadarinya sampai pada akhirnya terlanjur berbau busuk sehingga Anda terpaksa membuangnya?

Saudaraku terkasih, pernahkah Anda dihadapkan pada situasi dimana Anda berada dalam sebuah pesta dan Anda menikmati semua makanan yang disediakan namun ketika keluar dari tempat pesta Anda menemukan ada seorang anak kecil dengan pakaian lusuhnya sedang mengais dalam tempat sampah mencari sisa-sisa makanan demi mengisi perutnya yang kosong?

Sepenggal kalimat dari ensiklik "Laudato Si" yang dikeluarkan oleh Bapa Paus Fransiskus mengatakan bahwa "Setiap kali makanan terbuang, makanan itu seolah-olah dicuri dari meja orang miskin". Paus Fransiskus khawatir terhadap kerusakan alam yang terjadi. Apakah kita yang meyakini bahwa seorang Paus sebagai wakil Kristus di dunia tidak tergerak dengan perkataan dan himbauan beliau? Apakah kita masih mau mengabaikan kepedulian kita dan menutup mata pada kerusakan bumi?

Mari saudaraku, dimulai hari ini, kita berusaha untuk lebih peka pada hal-hal yang selama ini luput dari perhatian kita yang ternyata kebiasaan tersebut justru membawa kita pada pengrusakan alam. Mari mulai saat ini kita lebih perduli dan mau memperhatikan lingkungan sekitar kita dengan mengurangi sampah plastik sedapat mungkin. Kita mungkin tidak ditakdirkan untuk mengubah dunia, namun kita dapat memilih untuk ikut ambil bagian sebagai individu yang turut membantu mengurangi sampah, lebih perduli pada lingkungan dan alam sekitar dan lebih mampu memperhatikan hal-hal kecil yang bermanfaat untuk menjaga bumi ini lebih baik. Semoga Tuhan memberkati dan Bunda Maria mendoakan kita selalu dalam setiap langkah hidup kita.

No comments:

Post a Comment