Saturday, January 9, 2016

Hidup Bersama Sebagai Keluarga Allah

Sekarang pukul 23:42 WIB saat saya mengetik kalimat pertama ini. Malam sudah sangat larut tetapi mata saya belum dapat terpejam karena saya sedang dalam suasana hati yang tidak enak. Saya adalah perantau dan cukup lama saya telah hidup dalam perantauan. Saya pernah beberapa kali berpindah kota, bahkan negara untuk tinggal selama beberapa waktu lamanya. Sebagai perantau, mungkin bagi Anda yang pernah mengalami atau sedang dalam perantauan pasti merasakan apa yang saya rasakan, bahwa memulai hidup ditempat yang baru itu tidaklah mudah.

Suasana yang baru, lingkungan yang belum dikenal, kebiasaan dan adat yang baru, bahkan bahasa yang berbeda seringkali menimbulkan ketakutan-ketakutan tersendiri bagi perantau. Disaat seperti itulah peran keluarga menjadi sangat dibutuhkan, dukungan dan semangat yang terus menerus dari keluarga pasti menjadi kekuatan tersendiri bagi orang yang hidup dalam perantauan.

Namun bagaimana dengan orang yang sudah lama tinggal sendiri? Orang tua sudah tidak ada, kakak/adik sudah membangun keluarga sendiri dan tinggal bersama keluarga baru mereka. Anda mau tidak mau dihadapkan pada situasi yang mengharuskan Anda untuk tinggal seorang diri dalam perantauan. Sedih, sepi, kosong, hampa dan perasaan sendirian pasti datang menghantui kehidupan Anda. Lalu bagaimana?

Umumnya Anda akan mulai bergabung dalam komunitas-komunitas tertentu yang Anda sukai hanya demi menghalau rasa kesepian itu. Lalu waktu kemudian menghadiahi Anda dengan suatu ikatan khusus yang dirasakan antar anggota komunitas yang Anda ikuti. Pada akhirnya, Anda seperti menemukan keluarga baru dalam hidup Anda yang mampu mengusir rasa kosong dan sepi yang Anda alami.

Jadi siapa sebetulnya yang dapat Anda sebut sebagai "keluarga"? Hanya saudara-saudara pemilik DNA yang samakah? Atau sahabat terbaik yang selalu hadir dalam setiap suka dan duka hidup Anda? Ataukah keluarga yang Anda maksud adalah semua orang yang mengenal Anda entah itu secara baik atau hanya sekilas saja dan pernah hadir dalam kehidupan Anda?

Bagi saya, keluarga adalah tempat dimana saya merasa paling nyaman dan bebas menjadi diri sendiri. Keluarga adalah mereka yang selalu mendukung saya, bagaimanapun sulitnya kehidupan saya, keluarga jugalah yang tanpa segan memberikan teguran pada saya apabila saya melakukan kesalahan.

Bagaimana hubungannya keluarga dengan kehidupan rohani Anda? Saat Anda telah terlibat dalam salah satu komunitas yang ada di paroki Anda, tentunya suasana kekeluargaan juga sudah dapat Anda rasakan. Seringkali dukungan dari anggota komunitas lebih kuat dibandingkan dukungan dari keluarga Anda sendiri. Saat Anda sedang dalam persoalan besar yang dihadapi dalam keluarga dan tidak dapat menemukan penyelesaian persoalan Anda, mungkin Anda dapat mencoba mencari penyelesaian dari sahabat sekomunitas Anda, kadangkala penyelesaiannya begitu sederhana saat Anda mencoba terbuka dengan sahabat Anda.

Semenjak dibaptis, ajaran Yesus yang paling melekat dan terus menerus diajarkan pada saya adalah ajaran tentang Kasih. Bahwa apapun yang kita lakukan, kepada siapapun kita berinteraksi haruslah dilandasi atas dasar Kasih. Hal itulah yang membuat saya berpikir bahwa sesungguhnya rasa kekeluargaan yang kita terima dari orang lain yang bukan saudara kandung kita itu adalah kasih yang tulus. Itulah mengapa kita dapat merasakan memiliki keluarga baru dalam komunitas kita, dengan sahabat terbaik kita, dengan lingkungan terdekat kita. Rasa kekeluargaan itu otomatis akan muncul apabila kita menerima kasih yang tulus dari sahabat-sahabat kita.

Pernahkah Anda menghitung berapa orang sahabat yang paling dapat Anda percayai? Adakah diantara mereka yang dengan setia mendukung Anda baik dalam suka maupun duka? Apabila setidaknya ada satu orang saja yang dapat Anda sebut sahabat, maka patutlah Anda bersyukur atas hal tersebut. Manusia tidak mungkin hidup seorang diri, manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan orang lain untuk mengisi kekosongan hatinya. Ajaran tentang Kasih, merupakan obat ajaib yang mampu menyatukan hati yang retak, mendamaikan pertikaian karena ego, menenangkan pikiran akibat rasa kesepian, dan membahagiakan hati yang sedang gundah berkat canda tawa dengan para sahabat.

Saudaraku yang terkasih, hanya lewat tulisan saya dapat menyapa Anda. Lewat tulisan pula kadang kala saya sendiripun mendapat peneguhan, lewat tulisan saya dapat merasakan aura kebersamaan dengan Anda para pembaca. Ijinkan saya menganggap Anda sebagai keluarga saya, ijinkan pula agar saya terus dapat berbagi dengan Anda lewat tulisan-tulisan saya. Anda dengan pelayanan Anda dan saya dengan pelayanan saya, mari kita hidup bersama dalam damai sebagai keluarga Allah. Selamat tahun baru 2016. Semoga ditahun yang baru Anda dan keluarga Anda semakin diberkati Tuhan. Selamat melayani. Tuhan berkati.