Monday, December 22, 2014

R.A.I.N

Bukan soal romantis
Bukan soal cerita sedih
Bukan pula ingin menangis
Hanya hujan yang membuat lirih

Hujan selalu membangkitkan kenangan
Hujan selalu membuka lembaran kisah lama
Hujan pula yang selalu mampu menggelitik angan
Akhh, sebenarnya hanya hujan semata

Ia mampu memberi warna
Ia mampu membuka asa
Ia pula yang menutup luka
Hanya hujan biasa

Kenangan pernah menjadi kekinian
Hari ini akan menjadi memori masa depan
Masa depan adalah kenangan baru yang akan terjadi
Namun saat ini, hanya hujan pada suatu hari

#edisi_galau_diHari_Ibu_saat_Hujan

Thursday, November 13, 2014

Adven? Tau sih, tapi apa yaa??

Bagi saya adven itu berarti sebuah penantian. Penantian akan hadirnya sebuah harapan baru, penantian akan sesuatu yang baik, penantian akan terkabulnya sebuah doa, penantian pada masa depan yang lebih cerah, penantian akan keselamatan. Penantian yang kadang menguras emosi, penantian yang kadang mengundang air mata, penantian yang kadang malah mengecewakan, penantian yang sering membuat kita lebih banyak berdoa agar mujizat itu nyata dalam hidup kita.

Adven mempunyai makna yang berbeda bagi setiap orang. Adven memiliki kenangan masing-masing bagi setiap individu. Adven ada juga yang digunakan sebagai masa permenungan bagi beberapa dari kita. Permenungan akan pencarian jati diri, permenungan akan pencarian tujuan hidup, permenungan akan kesalahan yang pernah kita lakukan dan berjanji akan memperbaiki diri.

Seorang teman berkeluh kesah pada saya akan seseorang yang baginya telah berlaku sombong, arogan, merasa diri selalu benar, tidak mau menerima kritik apapun dan dari siapapun. Seorang teman yang lalu mengatakan keburukan orang yang tak dia sukai itu kepada semua orang. Saya lalu berpikir, apa teman saya ini tidak merasa bahwa dia tidak lebih baik daripada orang yang tak dia sukai itu? Apakah dia pantas mencela dan menjelek-jelekkan orang lain padahal bagi sebagian orang cara hidupnya pun masih jauh dari pencitraan akan kebaikan?

Bayangkan ketika seseorang sedang bermain bumerang. Ketika bumerang itu dilemparkan, maka otomatis dia akan berbalik arah. Kembali kepada si pelemparnya. Bayangkan Anda didepan cermin, ketika Anda bermimik marah, maka wajah Anda akan berbalik menatap Anda dengan kemarahan. Namun ketika Anda tersenyum maka Anda akan mendapatkan senyum Anda kembali. Saat Anda berada digunung dan meneriakkan sesuatu, maka kata-kata itu juga akan bergema kembali pada Anda.

Sama halnya dengan setiap perkataan, pemikiran, fitnah, provokasi, gosip dan apapun yang Anda ungkapkan itu semua tanpa Anda sadari akan dan pasti kembali kepada Anda. Sebagai manusia, makhluk berakal budi namun rentan akan dosa, hendaknya kita sadar bahwa apa yang kita pikirkan, apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan pada sesama mungkin tanpa sadar telah juga kita lakukan. Bercerminkah kita sebelum menilai keburukan orang lain? Bercerminkah kita saat kita mencela orang lain? Jangan katakan seseorang itu pilih kasih padahal kita tidak pernah memberikan kontribusi apapun demi kemajuan bersama! Jangan katakan orang itu tak mampu menjadi pemimpin yang baik saat diri Anda sendiri pun belum mampu memberikan teladan yang baik bagi orang lain!

Manusia memang tidak sempurna, namun hendaknya ketidaksempurnaan itu jangan dijadikan alasan untuk saling menjelekkan, untuk saling menjatuhkan, untuk saling mencela dan menyakiti orang lain. Mungkin ada rasa iri hati yang membuat seseorang itu bisa bersikap sinis dan kemudian mengatakan berita yang buruk tentang seseorang. Ya, iri hati memang kadang membutakan hati nurani kita, membuat kita tidak bisa ikhlas mengakui bahwa ada juga hal baik dalam diri orang yang tidak kita sukai itu. Iri hati membutakan perasaan kita sehingga kita malahan menjelek-jelekan orang yang tidak kita sukai dan bukannya mendoakan dia. Iri hati menutup pandangan kita bahwa ada hal baik yang sebenarnya bisa kita contoh dari orang yang tidak kita sukai itu.

Saudara-saudaraku, di masa adven ini, masa penantian dan masa pertobatan ini, bukankah jauh lebih indah mengakui bahwa kita juga tidak sempurna dan minta agar Tuhan mau menyempurnakan kita menjadi pengikut-Nya yang jauh lebih baik? Bukankah akan menjadi lebih baik bila kita memeriksa diri kita terlebih dahulu sebelum menilai seseorang? Bukankah Tuhan kita mengajarkan kita untuk mau dan mampu bersikap terbuka, rendah hati dan mau mendengarkan nasihat-nasihat dari orang disekitar kita (baik itu saudara maupun sahabat kita dalam lingkungan sehari-hari kita) yang dapat kita percayai? Tuhan menasihati kita saat ini adalah lewat orang-orang baik disekitar kita. Orang tua, saudara kandung, saudara seiman, atau bahkan teman dan sahabat kita.

Mari kita warnai adven kita tahun ini dengan introspeksi diri, dengan lebih terbuka pada diri sendiri, dengan lebih rendah hati mengakui bahwa manusia adalah peziarah-peziarah yang masih terus belajar menuju kebaikan akan ajaran Tuhan kita. Mari saling mengingatkan, mari saling memperbaiki diri, mari saling mendukung. Berkat Tuhan menyertai Anda dan keluarga.

Sunday, July 6, 2014

Mengapa Allah Beristirahat pada Hari ke-7?

Pernahkah dalam benak Anda terpikir pertanyaan tersebut? Mengapa Allah beristirahat pada hari ke-7? Atau untuk mudahnya, pernahkah Anda mendengar seseorang berkeluh kesah begini: "Akkhhh, saya lelah, cape rasanya bekerja setiap hari dari pagi sampai sore bahkan harus lembur sampai malam hari", "Saya suntuk, kerjaan saya membosankan. Rutinitasnya selalu sama setiap hari", "Saya muak dengan tugas-tugas yang harus saya kerjakan ini. Saya ingin semua cepat beres saja." Yah, kata-kata tersebutlah yang belakangan ini juga saya lontarkan pada diri saya sendiri. Rasanya melelahkan tiap pagi harus bangun pagi untuk pergi ke kantor. Bekerja sampai sore hari hanya untuk menerima ocehan dari atasan yang terkadang tak masuk akal. Rasanya semua tampak salah dimatanya, tanpa menyadari betapa kita telah bekerja keras demi menyelesaikan tugas dan tanggung jawab terhadap pekerjaan kita itu.

Saya lelah. Yahhh, dua kata itu yang belakangan menghantui pikiran saya beberapa hari belakangan ini. Ingin lari, ingin berhenti, ingin rasanya hanya melakukan semua hal yang menyenangkan bagi saya, namun rasa tanggung jawab dan kebutuhan duniawi membuat saya berpikir dua kali. Menyenangkan diri sendirikah atau menjalankan komitmen saya?

Dalam kesendirian saya tiba-tiba terpikir, mengapa Allah beristirahat pada hari yang ke-7? Apakah Dia juga lelah seperti manusia ciptaan-Nya? Apakah Dia juga merasa bosan dan suntuk dengan rutinitas harian-Nya? Apa Allah muak dengan tugas dan tanggung jawab-Nya? Pasti tidak! Bukan begitu alasan-Nya beristirahat. Saya pikir Dia mau mengajarkan saya, dan Anda, bahwa apapun tugas dan tanggung jawab kita, apapun profesi dan jabatan kita, bagaimanapun sulitnya pekerjaan kita, kita dituntut untuk tetap berkomitmen pada pilihan kita dalam hidup ini. Dia beristirahat untuk memberi contoh pada kita bahwasanya kita tak pantas untuk melulu memberikan waktu hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani kita saja. Dia mau menunjukan bahwa terkadang berhenti dan beristirahat sejenak akan memberikan waktu pada kita untuk bisa melihat keseluruhan cerita. Untuk melihat dan bersyukur atas semua pencapaian-pencapaian kita. Sejenak merenungkan bagaimana kita terlalu sibuk dengan diri sendiri dan ambisi-ambisi pribadi kita. Terlalu perduli pada target-target yang harus tercapai dan bagaimana mencapainya. Terlalu khawatir pada waktu yang rasanya semakin terbatas, khawatir akan masa depan yang belum terjadi. Terlalu banyak berpikir dan pertimbangan-pertimbangan. Terlalu takut karena kita terlambat memulai sesuatu yang telah lebih dulu dicapai oleh orang lain. Terlalu lupa untuk bersyukur.

Dalam tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman bagaimana perasaan saya saat sedang menulis tulisan ini. Tiba-tiba saja mata saya seperti terbuka. Hati saya yang tadinya kalut dan gentar berubah menjadi ketenangan dan keyakinan. Berbagai pikiran yang mengganggu tiba-tiba menjadi tak lagi berarti. Kekalutan dan kekhawatiran menjadi ciut. Ketakutan tiba-tiba berubah menjadi kepasrahan. Ketenangan mulai menyelimuti. Sepertinya Tuhan mau menunjukan cara-Nya yang ajaib menyentuh hati saya. Entah bagaimana perasaan saudara sekalian yang membaca tulisan ini.

Semoga saya bisa turut berbagi perasaan yang sama dengan saudara sekalian, semoga kekalutan yang saat ini mungkin sedang dirasakan Anda semua juga bisa sedikit mengalami ketenangan. Tuhan beristirahat pada hari ke-7 untuk kemudian menciptakan dunia yang lebih berharga. Dia beristirahat untuk kemudian melakukan karya-karya yang ajaib, karya yang maha dasyat dan luar biasa. Hanya ada satu kata yang membedakan antara Extraordinary (luar biasa) dan ordinary (biasa), yaitu kata "EXTRA". Maukah kita bekerja "extra" untuk kemuliaan Tuhan? Maukah kita berkarya "extra" untuk menunjukan jati diri kita? Maukah kita menghasilkan karya-karya yang besar dengan memberikan sedikit "extra" waktu dan tenaga? Mampukah kita mencontoh Allah yang bekerja "EXTRA" sehingga menghasilkan karya yang Maha Agung dan ajaib?

Saudaraku terkasih, janganlah merasa bersalah bila saat ini saudara tiba-tiba ingin sejenak beristirahat dari rutinitas saudara. Janganlah merasa rugi untuk memberikan waktu luang Anda demi menghasilkan karya yang lebih besar. Mari kita bersama-sama berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna bagi sesama. Semoga Tuhan memberkati.

Sunday, June 8, 2014

Pengalaman Paskah 2014

Pengalaman Paskah tahun ini merupakan pengalaman masa Paskah yang menarik bagi saya pribadi. Pada tahun ini, kita bangsa Indonesia dihadapkan pada pesta demokrasi yang besar, pemilu legislatif dan pemilihan presiden. Pada masa ini juga sebagai warga Keuskupan Bandung, saya turut bergembira dengan terpilihnya Uskup Bandung yang baru (akhirnya Bandung punya uskup lagi, horeee). Masa Paskah kali ini juga ada dengan pimpinan paroki yang baru diadakanlah novena Kerahiman yang sebelumnya sepertinya belum pernah diadakan di gereja st. Paulus (maklum, saya tidak lahir dan besar dalam lingkungan Paulus, makanya agak tidak yakin juga soal ada atau tidaknya Novena Kerahiman sebelumnya). Dan yang menarik dari semua itu adalah umat yang hadir dalam setiap misa.

Saya perhatikan sepertinya jumlah umat yang mengikuti misa, terutama misa-misa novena jumlahnya ditahun ini sepertinya lebih banyak daripada tahun-tahun sebelumnya. Sungguh menarik melihat banyaknya ujud misa yang dibakar pada tiap misa. Pikiran saya langsung melayang-layang tentang apa kira-kira isi dari ujud misa tersebut. Dalam misa novena Roh Kudus setiap kali misa didoakan 7 karunia Roh Kudus. Kira-kira dalam setiap ujud misa itu adakah yang memohon kerendahan hati, kelembutan, bahasa kasih, ataukah hanya keinginan-keinginan manusiawi dan duniawi semata?

Saya termasuk orang yang suka mengamati, mengamati perubahan perilaku orang lain, sikap dan pola pikir mereka yang bisa berubah entah karena harta ataupun jabatan, bahkan dalam lingkungan pelayanan di gereja. Beberapa orang yang kebetulan berubah sikap biasanya adalah mereka yang aktif dan atau menjabat kepengurusan suatu komunitas. Bukankah tujuan dari pelayananan pada Tuhan adalah demi kemuliaan-Nya dan untuk memberikan ucapan syukur kita yang terbesar atas semua berkat yang telah kita terima sapanjang hidup kita? Sadarkah kita saat kita bersikap otoriter, saat pelayanan kita ingin diakui dan dilihat orang lain kita justru telah melukai hati Yesus yang Mahakudus itu? Banyak dari kita yang ingin menunjukan pelayanan kita pada orang lain. Bukannya bersikap rendah hati dan mengalah, kita cenderung ingin menonjol dan tersorot.

Sebagai manusia biasa yang rapuh dan juga penuh akan kekurangan, saya pun mengakui kadang kala saya sangat ingin berkomentar pada pelayan-pelayan Tuhan yang bersikap menyakiti hati Tuhan. Namun saya pun bukanlah manusia sempurna dan masih perlu banyak belajar mengikuti ajaran dari Tuhan. Namun kala saya lihat ada orang-orang tertentu yang justru hanya bisa memberikan komentar tanpa memberi kontribusi apapun bagi saya, apa bedanya pengomentar itu dengan orang-orang yang ingin disanjung dan dipuji? Kita hidup dalam ajaran cinta kasih, bila kita merasa ada ketidaksesuaian antara tingkah laku dan ajaran gereja, tidak seharusnya kita saling komentar satu sama lain mempersalahkan ini dan itu, tapi hendaknya kita sendirilah yang menjadi teladan sehingga terciptalah suasana pelayanan yang tulus dari hati kita masing-masing.

Tujuan saya menulis bukanlah untuk menyindir siapapun, bukan pula bermaksud menggurui apalagi menyakiti seseorang. Tujuan saya menulis ini adalah sebagai sebuah cerminan jiwa bagi saya pribadi, pelayan Tuhan seperti apakah saya ini? Bahkan sebelum Yesus lahir, ibunda Yesus yaitu Maria telah mengajarkan pada kita tentang kerendahan hati. Perkataan favorit saya dari pernyataan Bunda Maria adalah: "Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut kehendak-Mu", ungkapan seorang manusia yang sederhana yang rasanya semakin jarang kita temui dijaman sekarang ini. Manusia punya kecenderungan ingin dipuja dan disegani, ingin diperhatikan dan dihormati, ingin memaksakan ambisi dan kehendak pribadi. Namun ajaran kerendahan hati yang diteladani Bunda Maria hendaknya kita miliki juga.

Saudaraku yang terkasih, kala saya menulis ini, teringat saya pada pepatah lama yang mengatakan bahwa semut diseberang lautan tampak, namun gajah dipelupuk mata tak tampak. Sama seperti dalam injil Matius yang mengatakan "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Mat 7:3-5)

Sebagai manusia kita terkadang tidak menyadari bahwa kita telah menjadi batu sandungan bagi sesama kita, kita telah bersikap angkuh dan arogan, menganggap diri paling suci dan paling benar. Bersikap picik tanpa kontribusi, hanya mampu berkomentar tanpa berani menjadi teladan. Saat itu terjadi, mintalah selalu pada Tuhan agar kita dikelilingi sahabat-sahabat yang kadang harus seperti Bintang dilangit yg tetap kelihatan dan selalu mengawasi kita, kadang harus seperti Jarum Jahit yg walaupun menusuk tapi selalu bersifat menyatukan. Sahabat itu tak boleh seperti gunting yang hanya bisa memotong dan saling memisahkan. Biarlah para sahabat itulah yang menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk tidak jemu-jemunya mengingatkan kita, menyadarkan kita dan menegur kita saat kita sedang menempuh jalan yang menyimpang dari ajaran Tuhan kita Yesus Kristus. Berdoalah demi sahabat-sahabat sejati itu agar kita dapat hidup semakin lebih baik setiap harinya.

Saudaraku yang terkasih, kiranya Roh Kudus menerangi dan menuntun kita selalu dalam perjalanan hidup dan pelayanan kita, baik bagi keluarga, masyarakat dan gereja kita. Semoga semangat kerendahan hati dan ketulusan menjadi dasar hidup kita. Semoga pemimpin-pemimpin negara kita pun mampu menjalankan amanah rakyat. Dan semoga kita semakin bertumbuh dalam iman dan kasih kita kepada Tuhan. Salam penuh kerendahan hati. Semoga Tuhan memberkati Anda dan keluarga.