Monday, February 6, 2017

Ketika Tangis Menjawab Sebuah Pertanyaan

Dalam beberapa bulan belakangan ini kita telah dihadapkan pada beberapa peristiwa yang penuh sukacita dan kegembiraan. Katakanlah sejak bulan Desember kita merayakan hari Raya Natal, lalu dilanjutkan dengan pesta Tahun Baru, kemudian di akhir Januari ada pula perayaan Imlek, kemudian disusul peristiwa Valentine's day, hari penuh sukacita dan kasih sayang. Rasa-rasanya ketika kita terus menerus mengalami peristiwa-peristiwa gembira kita merasa waktu cepat berlalu, rasanya tak ingin segera berakhir. Ingin terus berada dalam suasana yang penuh keceriaan.

Namun dibalik suasana gembira itu, pernahkah Anda tetap merasa sedih? Pernahkah Anda merasa tetap kesepian bahkan dalam situasi diri Anda yang sedang berada dalam keramaian? Pernahkah Anda merasa justru ditengah kegembiraan itu Anda malahan ingin menangis? Pernahkah Anda bertanya pada Tuhan mengapa Anda bisa merasa begitu bahagia?

Sepertinya jarang sekali ada orang yang bertanya mengapa bisa berbahagia? Orang seringkali bertanya justru pada saat mengalami kesulitan dan penderitaan. Orang yang bertanya mengapa tetap merasa sedih saat sedang dalam suasana bahagia, biasanya dikarenakan ada perasaan yang "hilang" dan "hampa". Ketika perasaan semacam itu timbul, mungkin itu adalah cara Tuhan mengatakan pada kita bahwa sudah saatnya kita berlutut pada-Nya dan berdoa.

Seorang pelayan Tuhan, begitu bersemangat dalam melayani. Dia banyak mengorbankan waktunya untuk melayani di gereja, begitu bersemangat dan penuh sukacita. Banyak orang yang terhibur dengan kehadiran dan semangat yang ditularkan orang ini. Orang di sekitarnya memberikan komentar-komentar yang mengira hamba Tuhan yang selalu ceria ini sepertinya tidak pernah mengalami kesulitan yang besar karena dia selalu terlihat bersemangat dan tersenyum.

Suatu ketika usai kembali dari pelayanannya, pelayan setia ini sampai di rumahnya dalam keadaan yang kelelahan. Duduk di atas tempat tidurnya, tidak sedang melakukan apapun, tiba-tiba tanpa sadar air matanya mengalir begitu deras. Dia tak bisa menghentikannya, dia bahkan tak bisa menghibur dirinya sendiri. Dia tidak tahu mengapa air matanya tak bisa berhenti mengalir, dia bahkan tidak tahu mengapa dia menangis sendirian, dia merasa sangat lelah. Lelah secara fisik dan mentalnya. Dia lelah dengan segala macam pelayanan yang dilakukannya, dia bahkan mempertanyakan mengapa dia mau melayani sampai begitu rupa. Dia menangis semalaman dan tanpa sadar, dia membuat tanda salib dan berdoa dalam tangisannya.

Tidak, dia tidak berdoa, tidak mengucapkan sepatah katapun, dia hanya menangis setelah selesai membuat tanda salib. Dia menangis sampai lelah dan tertidur. Dalam mimpinya, dia bertemu dan berbincang dengan Tuhan. Dia cerita tentang kelelahan yang dirasakannya, dan Tuhan menjawab, "Ini Aku" (bdk Yes 58:9). "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan" (Mat 11:28-29).

Seketika itu juga, dia sadar, bahwa selama dalam pelayanannya dia banyak mengandalkan dirinya sendiri. Sudah saatnya bagi dia untuk sujud menyembah-Nya. Berlutut, berdoa dan bertobat atas kelalaiannya. Kelelahannya adalah akibat dari sikap hidupnya yang jauh dari kehidupan doa. Keheningan untuk mendengarkan suara Tuhan sudah tidak lagi dicari olehnya.  Tanpa sadar mengandalkan diri sendiri menjalani hari-harinya. Jauh dari doa, jauh dari Tuhan, jauh dari kekudusan.

Saudaraku yang terkasih, apabila saat ini Anda sedang mencari kedamaian dan sukacita yang sejati dan bukannya mencari kegembiraan duniawi saja, mungkin inilah saatnya bagi Anda untuk berlutut dan bertobat. Sudah saatnya Anda pun berkata pada Tuhan, "Tuhan, ini aku. Tanpa-Mu aku bukanlah siapa-siapa. Tanpa-Mu kehidupan adalah hampa dan tak berarti, tanpa-Mu, sukacitapun terasa gersang. Ijinkan aku mengalami sukacita yang abadi, kedamaian yang sejati. Hidup penuh dengan cinta kasih dan sadarkan aku bahwa semuanya itu harus aku jalani dengan sikap tobat yang tulus. Amin." Semoga Tuhan memberkati dan Bunda Maria mendoakan kita semua.

No comments:

Post a Comment