Saturday, August 22, 2015

Perbuatan Baik itu Sederhana

Hari ini, seperti biasa saya sedang dalam perjalanan pulang dari kantor menuju rumah. Sebagai pengguna angkutan umum, saya duduk dekat pintu dibelakang sopir. Angkutan umum yang saya lalui setiap hari selalu melewati jalur yang sibuk yang sering kali menimbulkan kemacetan.

Saya sedang tertidur siang ini di kursi saya. Sampai seorang ibu di bangku belakang berseru, "Itu kenapa si bapak!" Saya terbangun dengan seruan itu. Dan saya lihat dipinggir jalan ada seorang bapak tua sedang tergeletak dengan pelipis dan pipi yang sudah berdarah. Rupanya dia tiba-tiba pingsan dan terantuk batu yang banyak berserakan ditempatnya berdiri.

Tak disangka-sangka, seorang penumpang laki-laki yang duduk dibelakang meloncat keluar angkot dan membantu menggendong bapak yang pingsan di pinggir jalan itu untuk dibawa ke apotik terdekat yang kebetulan ada di sekitar tempat bapak tersebut pingsan. Luar biasa tindakan spontan itu. Sederhana namun bagi saya itu luar biasa.

Dia tak mengenal bapak yang pingsan itu. Dia duduk jauh dibelakang namun sengaja turun untuk menggendong bapak tersebut ke apotik. Dia spontan menolong padahal tak ada yang memintanya untuk melakukan itu. Tak ada pujian, tak ada ucapan terima kasih bahkan tak ada imbalan apapun namun dia tulus dan spontan.

Saya jadi teringat perumpamaan mengenai orang Samaria yg murah hati dalam injil Lukas 10: 25 - 37, dalam salah satu ayat disebutkan, "Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan." (Luk 10:33) Yup! Belas kasihan!

Belas kasihan yang rasanya dijaman sekarang semakin sulit ditemukan. Kadang kala kita sering ragu berbuat baik pada orang yang tidak kita kenal dengan alasan takut orang yang kita bantu itu ternyata adalah orang yanga jahat. Takutnya kita justru kena tipu karena membantu orang tersebut. Atau bahkan takutnya orang yang kita bantu itu malahan berbalik menikam kita, yaahhh ketakutan-ketakutan yang sungguh amat manusiawi. Namun apabila melihat tindakan yang spontan dari bapak penumpang angkot tersebut. Saya jadi berpikir bahwa ternyata masih banyak orang baik disekitar kita. Masih banyak pula orang yang tulus membantu. Masih banyak orang yang dapat begitu spontannya membantu orang lain.

Saya percaya pada hukum tabur tuai. Saat Anda menabur banyak kebaikan, niscaya Anda akan menuai kebaikan pula. Saat Anda banyak mendoakan orang lan, ternyata banyak juga yang mendoakan Anda. Apabila Anda telah berusaha menabur banyak kebaikan percayalah bahwa Anda akan dikelilingi oleh orang-orang baik pula. Saat Anda menabur kerahaman dan senyum, maka Anda pun akan mendapat banyak senyuman dari orang disekitar Anda. Dan percayalah, ternyata perbuatan baik itu sederhana. Selamat menabur kebaikan. Tuhan memberkati.

Tuesday, August 4, 2015

Pengabdian? Mampukah Kita Mengabdi??

Kalimat pertama selalu menjadi yang tersulit untuk diketik. Ketika untuk kesekian kalinya saya mencoba mengisi rubrik berbagi, yang isinya tentunya harus untuk berbagi, mau tak mau saya mengingat kembali kira-kira ada pengalaman apalagi yang dapat saya bagikan. Menemukan kalimat pertama itulah selalu yang tersulit untuk dibagikan, hehehe.

Baiklah, kali ini saya ingin berbagi pengalaman liburan saya beberapa waktu yang lalu. Bersama beberapa orang teman, kami merencanakan acara liburan yang diidam-idamkan. Liburaannn!!! Yeaayyy, siapa yang tidak bersemangat dengar kata itu? Apalagi untuk karyawan/karyawati yang selalu terjebak dengan jam kerja. Bahagia tentunya.

Namun, bukan soal liburannya yang ingin saya fokuskan disini. Saya justru tertarik dengan individu yang mengikuti liburan itu. Ada yang susah payah cari tiket murah. Ada yang rajin browsing internet untuk mendapatkan paket tour terbaik namun tetap terjangkau. Ada yang sibuk membuat persiapan ini dan itu. Tapi tetap saja, ada yang terima beres dan tidak membantu banyak, bahkan bisa dibilang sama sekali tidak membantu. Bukan hanya 1 kali saya bertemu dengan orang semacam ini. Namun beberapa kali!! Saat saya sibuk buat itinerary, atau mencoba mencari hotel murah, atau mencari tahu bagaimana cara kesini dan kesitu, namun partner traveling saya adaaaa saja yang tidak membantu.

Mau mengeluh, dia beralasan sibuk (dan semua orang juga bisa pake alasan yang sama) ada lagi alasan internet yang tidak bersahabat, atau alasan-alasan yang bagi saya itu hanya alasan. Alasan bisa dibuat 1000 macam hanya untuk pembenaran diri. Make time, because everbody has the same 24 hours a day, yahh bagi saya begitu. Karena setiap orang mempunyai 24 jam waktu yang sama, yang membedakan adalah apakah mau menyediakan waktukah? Atau menyisakan waktu? Itu saja, simple kan?

Bagi mereka-mereka yang menyediakan waktu untuk sahabatnya, entah itu mendengarkan curahan hati sahabatnya, atau hal lain yang ingin dibagikan antar sahabat. Bagi mereka yang menyediakan waktu untuk merawat orang tuanya yang entah sakit atau memang sudah tua dan perlu perawatan dan pengawasan ekstra. Bagi mereka yang menyediakan waktu melakukan hal-hal yang dianggap sepele seperti ikut terlibat dalam perencanaan liburan dan bukan terima jadi saja. Bagi mereka yang menyediakan waktu untuk bersabar dan mengalah pada teman yang kurang sopan. Bagi mereka yang menyediakan waktu untuk melayani di gereja. Bagi mereka yang menyediakan waktu untuk berbagi senyuman. Bagi Anda semua yang menyediakan waktu untuk melakukan kebaikan, percayalah bahwa Anda tidak akan jauh dari Kerajaan Surga, saya salut dengan pengabdian seperti itu.
Pengabdian yang tampak sepele dan kecil yang dilakukan pada sahabat yang membutuhkan dukungan, tentunya akan sangat membantu yang membutuhkan. Pengabdian pada Tuhan, bagi saya harusnya terwujud dalam tindakan nyata. Matius 25:35-36 "Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku."

Matius 25:40 "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." Ayat yang keren bukaaann?? Yaa, kereennn memang, keren bingitsss kalau kata anak muda jaman sekarang. Keren karena terkesan sangat mudah melayani Tuhan itu. Tapi sudahkah Anda lakukan pada saudara Tuhan Yesus yang paling hina itu? Siapa saudara-Nya yang dimaksud? Mereka adalah para sahabat yang sedang mengalami kesulitan, kesepian, merasa sendirian dan terasing. Mereka adalah para orang tua, yang semasa mudanya tanpa pernah mengeluh menjaga dan melayani kita anak-anaknya dengan sepenuh hati.  Mereka adalah orang yang kadang kita pandang sebelah mata saja hanya karena gengsi kita. Segala yang baik dan buruk yang kita lakukan pada saudara Tuhan itu, disadari atau tidak telah kita lakukan pada Tuhan.

Pengabdian pada sesama, dengan segala kerendahan hati dan ketulusan tentunya, akan menghantar kita pada Tuhan. Tuhan itu bukanlah Allah yang jauh, Allah yang tak terjangkau, Allah yang tak kasat mata. Yesus sendiri yang mengajarkan kita bahwa Allah kita itu ada disekeliling kita dan tinggal bersama-sama dengan kita setiap saat dan setiap waktu. Yesus mau mengajarkan pada kita bahwa dengan melayani dan mendoakan sesama kita sebenarnya kita telah melakukannya juga bagi Dia. Saat kita berdoa bagi kaum muda, yang karena arogansi, keegoisan diri, kesombongan dan kurangnya kebijaksanaan telah berlaku tidak sopan dan kurang ajar pada orang yang lebih tua. Saat kita mengabdi pada orang yang mengaku sebagai pelayan Tuhan namun sulit menanggalkan sikap ingin dipuji, ingin diperhatikan, ingin disanjung, ingin diakui. Saat kita tetap setia berbuat kebaikan meskipun dunia tampak tidak bersahabat. Saat itulah kita justru semakin dekat dengan ajaran Yesus.

Semoga kita semakin lebih peka melihat wajah-wajah Allah di sekeliling kita. Semoga kita yang saat ini justru telah diberikan keberuntungan dan anugrah terindah dari Tuhan bahwa kita telah terpilih dan terpanggil untuk berada pada situasi dimana kita dapat mengabdikan diri pada sesama, pada orang tua kita, pada sahabat kita tetap diberikan kesabaran, kerendahan hati dan ketulusan dalam menjalankan pengabdian kita ini. Percayalah Anda beruntung. Banyak orang di luar sana yang tidak mendapatkan kesempatan kedua untuk mengabdi pada orang yang dicintai karena Tuhan terlanjur memanggilnya. Bagi Anda yang dalam pengabdian pada orang tua yang sakit, suami yang tak berdaya, istri yang depresi, berbahagialah! Sekali lagi hendak saya ulangi, pengabdian pada sesama, dengan segala kerendahan hati dan ketulusan, akan menghantar Anda pada Allah. Selamat mengabdi dan berbuah. Semoga Tuhan selalu memberkati.