Thursday, July 16, 2015

Evangelii Gaudium...Hmm, apaan tuh??

Google, mana google? Itulah yang terlintas pertama kali dalam pikiran saya saat mendengar tentang Evangelii Gaudium. Bagi awam seperti saya istilah-istilah tersebut terdengar sangat asing di telinga. Namun ketika mendapat banyak referensi dari bacaan di internet maupun dalam pembahasan di buku-buku rupanya Evangelii Gaudium ini merupakan salah satu anjuran apostolik dari Paus Fransiskus.

Evangelii Gaudium atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai sukacita Injil merupakan suatu anjuran dari bapak Paus Fransiskus agar sebagai Gereja kita dipanggil untuk memberitakan sukacita Injil. Bagaimana dan seperti apa persisnya semuanya dijelaskan secara lugas dan menarik dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami dalam dokumen gereja mengenai sukacita Injil ini.

Sebagai awam dengan pemahaman yang sangat sederhana, saya mau tidak mau setelah membaca beberapa referensi mengenai Evangelii Gaudium ini lalu mulai mencoba memaknainya dalam kehidupan sehari-hari. Apabila kita bercermin pada Paus Fransiskus, hampir semua foto beliau, baik yang dicetak dalam tabloid atau kalender maupun yang beredar di internet, selalu menggambarkan wajah yang penuh sukacita, tersenyum dan bahkan tertawa lebar. Wajah yang ramah dimana tidak banyak orang disekeliling kita yang mampu menunjukan sukacita seperti itu.

Berapa banyak diantara lingkungan sekitar Anda seseorang yang terlihat selalu ceria? Ada berapa orang yang Anda kenal selalu mampu tersenyum apapun keadaannya? Senyuman seperti apakah yang biasa Anda terima dari sesama di sekitar Anda? Senyum yang tuluskah? Atau senyuman basa basi yang penuh kepalsuan? Dan bagi Anda sendiri, seberapa sering Anda memberikan senyuman penuh ketulusan pada sesama Anda?

Senyuman tulus, biasanya hadir dari hati yang juga tulus. Keceriaan dan kedamaian biasanya terpancar dalam ketulusan itu. Seseorang yang pernah menerima dan merasakan kebahagiaan sejati dari Allah Bapa, biasanya mampu membaginya pada sesamanya. Biasanya kedamaian yang diterimanya dapat juga ia sebarkan kepada sesamanya.

Dunia yang semakin instan dan penuh dengan individualisme kadang kala membentuk perilaku kita agar sesuai dengan tuntutan jaman. Kita menjadi semakin egois, kita berubah menjadi individualis, bahkan beberapa orang tertentu mampu bertahan hidup tanpa bersosialisasi dengan sesamanya. Hidup mengurung diri dalam kamar tanpa berinteraksi dengan sesama. Hidup dalam dunia maya lewat media sosial dan semacamnya.

Paus Fransiskus menyambut kemajuan teknologi dengan reaksi yang positif, mendukung dan bahkan mengajak kita untuk mensyukurinya karena kemajuan teknologi dapat berarti pula bahwa kita sebagai manusia telah berhasil mengembangkan talenta yang telah dianugerahkan Tuhan pada manusia lewat akal budi dan pengetahuan yang begitu luas. Namun dilain sisi Paus Fransiskus pun mencemaskan keberhasilan teknologi ini akan menghambat interaksi yang dalam dan hangat antar sesama manusia. Beliau lewat anjuran apostoliknya ini ingin mengingatkan dan mengajak kita kembali sebagai umat beriman untuk mewartakan bahwa Yesus Kristus dengan wafat dan kebangkitan-Nya hadir untuk mengasihi Anda, mengorbankan hidup-Nya untuk menyelamatkan Anda, dan kini hidup untuk mendampingi Anda setiap hari, untuk menerangi, meneguhkan dan untuk membebaskan Anda.

Banyak disebutkan langkah-langkah konkrit yang sederhana yang dapat kita lakukan untuk menjadi pewarta-pewarta Kabar Sukacita ini. Langkah sederhana yang seringkali kita anggap biasa dan kemudian malahan kita lewatkan begitu saja. Hal sederhana seperti senyuman, sapaan hangat dan bahkan perhatian kecil yang tampak sepele kadang kala dapat berarti sedemikian besar bagi seseorang.

Paus Fransiskus sungguh ingin mengajak kita semua menjadi pewarta-pewarta Kabar Sukacita dengan menjadi duta sukacita itu sendiri. Bagaimana dan mengapa beliau mengeluarkan anjuran apostolik ini banyak dilatarbelakangi oleh situasi jaman ini yang semakin mengkhawatirkan. Sebagai Gereja, kita kadang terlalu nyaman dengan komunitas kita tanpa memperdulikan bahwa ada anggota gereja kita yang merasa terasing, merasa kesepian dan sendirian. Kita sibuk mencari pelayanan ini dan itu untuk membesarkan nama gereja kita padahal didalamnya ada orang-orang yang merasa dilupakan, ditinggalkan dan bahkan dicampakkan. Tanpa kita sadari pula, kita seringkali sibuk menghakimi pelayanan orang yang satu terhadap yang lain padahal dilingkungan sekitar kita ada yang telah kita sakiti, telah kita acuhkan, bahkan kita telah merendahkan dan tidak menghormatinya lagi hanya karena orang tersebut menyinggung ego kita.

Sadarkah kita bahwa anjuran bapak Paus ini sebenarnya ditujukan pada kita semua untuk berubah menjadi pribadi yang lebih perduli pada sesama? Sadarkah kita bahwa bapak Paus ingin mengajarkan kita akan kerendahan hati dan kesederhanaan untuk menjadi pribadi yang lebih hangat? Sadarkah kita bahwa anjuran ini sebenarnya juga merupakan sindiran bahkan teguran bagi kita agar kita lebih memperhatikan sesama kita? Senyuman lebar yang penuh ketulusan seperti yang diajarkan bapak Paus pada kita adalah sebuah bukti nyata bahwa dunia yang ramah dan penuh kehangatan adalah dunia damai yang ingin dibentuk oleh beliau.

Dalam kesederhanaan, ada sukacita. Dalam senyuman, ada kedamaian. Dalam keramahan, ada persaudaraan. Mari kita belajar dari bapak Paus Fransiskus bahwa dunia akan jauh lebih indah dengan persaudaraan. Bahwa Gereja akan lebih kuat dalam kebersamaan. Bahwa dengan bersikap proaktif kita dapat menjangkau sesama kita yang tersingkirkan, terasing dan terabaikan. Sudahkah Anda tersenyum hari ini?