Tuesday, July 28, 2020

Memilih Menjadi Seorang Katolik

Apa kabar saudaraku? Sudah lama rasanya saya tidak menulis. Ketika banyak hal terlintas dalam benak dan ingin menuangkannya dalam tulisan, seringkali kata-kata tidak mudah diungkapkan. Saat ini kembali mencoba duduk diam sambil kembali berusaha menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah kisah dan rangkaian kata. Seperti halnya virus corona yang melanda di berbagai belahan dunia membuat banyak orang kembali berpikir dalam dirinya, apa yang paling penting dan paling berharga dalam hidupnya, saya pun ingin berusaha menempatkan diri dan merenungkan bagaimana hidup saya selanjutnya.

Hari-hari sibuk dan padat yang biasa kita lewati, mendadak menjadi hari yang terasa lambat dan melelahkan. Saat kita biasa menghabiskan waktu bersama teman dan kerabat, sekarang hanya berdiam diri dalam kamar. Rasa sepi dan sedih membawa sebagian besar orang, termasuk saya kembali ke dalam diri dan bertanya tentang makna hidup ini.

Dimana saya tinggal, bagaimana saya ingin hidup saya dijalani, apa prioritas hidup yang sebaiknya saya pilih, konsekuensi apa yang bisa saya dapatkan, seperti apa saya ingin dikenang, dan berbagai macam pertanyaan lain dapat muncul dalam perenungan tentang hidup.

Sebagai seorang yang memilih menjadi seorang Katolik, melihat bagaimana orang Katolik bereaksi dan beraksi dalam menghadapi pandemi yang sedang melanda di Indonesia, membuka mata dan hati saya bahwa hidup itu, bukan melulu memikirkan bagaimana saya hidup, bagaimana saya bisa bertahan, apa yang harus saya lakukan demi hidup saya, kemana saya harus melangkah, apa, dimana, bagaimana, saya....saya....saya.... Tidak! Bukan itu! Bukan saya! Tapi KAMI! Kita semua! Kita bersama!

Hidup itu adalah tentang KITA! Kita bisa melakukan banyak hal bermakna yang dapat memberikan kepuasan batin, kita bisa membantu baik secara fisik maupun mental pada orang-orang di sekitar kita. Seandainya kita mau melihat lebih jauh dan mendengar lebih banyak, ternyata dengan sekedar mengucapkan kata-kata salam hangat dan penuh kasih, dapat memberikan semangat baru untuk orang yang sedang berbeban. Apabila kita mau lebih terlibat dengan sesama, kita dapat bertindak lebih banyak bagi banyak orang.

Menjadi Katolik, bukan hanya menjadi orang yang rajin ke gereja, rajin mengikuti misa streaming, hanya sibuk berdoa siang malam tanpa berusaha untuk melakukan sesuatu. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mat 25:40). Lagi kita diingatkan, "Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." (Yak 2:18)

Saudaraku terkasih, menjadi seorang yang beriman Katolik berarti kita juga diharapkan untuk mampu hidup meneladan ajaran-ajaran Kristus. Yesus mengajarkan pada kita tentang perbuatan-perbuatan kasih yang dapat kita lakukan untuk sesama kita. Lingkungan sekitar kita membutuhkan kerjasama dan dukungan kita untuk mengatasi kesulitan selama pandemi ini. Kita dapat memberi teladan bahwa mencintai Yesus itu sama dengan mencintai sesama kita, meneladan Yesus itu sama dengan meneladan perbuatan-perbuatan kasih-Nya. Menjadi 100% Katolik, itu sama artinya dengan menjadi lebih peka dan berbela rasa dengan sesama kita, dengan tetangga sekitar kita, dengan lingkungan sekitar kita, dan akhirnya dengan saudara sebangsa kita. Mari kita tunjukan iman Katolik kita dengan lebih banyak memberikan perbuatan-perbuatan kasih pada sesama. Selamat menyambut hari Kemerdekaan RI. Semoga Tuhan Yesus memberkati dan Bunda Maria mendoakan kita selalu.