Saturday, November 7, 2015

Aku Semakin Mengenal Diriku Ketika Aku Datang Kepada-Nya

Kehampaan, kekeringan, kegusaran dan kesepian sedang menghantui hati saya ketika saya menuliskan kalimat pertama ini. Saya tak tahu dengan perasaan Anda saat membaca kalimat pembuka tadi, mungkin Anda pun sedang mengalami apa yang saya rasakan, tetapi semoga tidak. Meskipun demikian, saya harap Anda tetap melanjutkan membaca keseluruhan tulisan ini sebagai bahan permenungan.

Pada masa dimana teknologi begitu canggih dengan segala fasilitas instan yang dapat kita temui di hampir tiap sisi kehidupan dan hingar bingarnya dunia, rasanya mungkin sedikit aneh jika Anda dan saya masih merasa kesepian. Namun ada kalanya perasaan itu muncul begitu saja bahkan di saat Anda merasa sedang berada dalam keadaan yang menurut Anda sendiri baik-baik saja. Saat semua kebutuhan sehari-hari Anda sebetulnya sudah tercukupi, Anda masih punya pekerjaan ataupun usaha sendiri, masih bersosialisasi dengan teman dan para sahabat, hubungan dengan keluarga Anda pun sebetulnya baik-baik saja, namun entah mengapa dan bagaimana tiba-tiba rasa sendirian dan kesepian itu kerap muncul.

Sebagai anak muda dengan semakin bervariasinya hiburan masa kini kerap kali juga perasaan hampa muncul begitu tiba-tiba. Ternyata hingar bingar dunia ini tetap tidak mampu memberikan kedamaian di hati. Lalu apa yang salah? Apa yang kurang? Jawabannya saya dapatkan ketika saya berbincang dengan seorang pastor. Dia bilang saya kehilangan sinar terang dari Yesus Kristus.

Yesus Kristus? Untuk apa saya mengikuti Dia? Bukankah Dia sendiri bersabda, "Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku" (Mat 16:24). Bukankah itu artinya dengan mengikuti Kristus kita harus memikul salib? Pernahkah Anda berpikiran bahwa semakin Anda dekat dengan Kristus justru cobaan yang Anda terima semakin berat dan bertubi-tubi? Saat Anda kemudian membatasi diri dengan tidak mendekatkan diri pada Tuhan kehidupan yang Anda jalani justru terasa baik-baik saja? Anda tidak menjauh dari Tuhan, Anda hanya tidak mau mendekat saja pada-Nya dan semua terasa baik-baik saja. Cobaan yang Anda terima pun standar, biasa dan tidak terasa berat. Kehidupan rohani pun standar. Tidak menjauh namun tidak pula mau terlalu dekat dengan-Nya. Semua terlihat dan terasa ringan, berjalan sebagaimana mestinya.

Ketika saya mempertanyakan perihal mengikut Yesus ini, seorang sahabat mengatakan bahwa dengan diijinkannya pencobaan datang pada kita, iman kita justru semakin diteguhkan dan pada akhirnya kita bisa "naik kelas" dengan tingkat iman yang lebih tinggi.

Namun kekeraskepalaan saya mencoba menyangkalnya dan berpikir untuk apa naik kelas kalau hanya untuk mendapatkan penderitaan yang justru lebih berat? Beginilah jawaban yang saya terima dari seorang pastor : Bayangkan saja... Tuhan adalah terang. Makin dekat Dia, kamu jadi makin kenal dirimu. Maka, ketika kamu jauh dari Tuhan malah merasa baik2 saja. Karena kamu tidak mau kenal diri apalagi memperbaikinya. Tetapi ketika kamu makin dekat dengan Tuhan, justru makin kenal diri. Banyak hal jelek yang selama ini kamu tutupin jadi keliatan atau ketahuan. Jadi kamu bisa memperbaiki diri. Lama kelamaan kamu jadi makin baik. Itu maksudnya naik kelas. Apabila kita jauh dari Tuhan berarti kita tidak bisa kenal diri. Nanti kamu sampai tidak tahu kenapa dirimu begini dan begitu. Ya hanya main di permukaan dan kepura-puraan. Cobaan akan terasa berat kalau ditanggung sendiri. Kita punya Tuhan yang hebat kog (dan disitulah saya berhenti mendebat, hehehe).

Saya tersadar bahwa kehampaan, kesepian, kekeringan dan kegusaran yang saya alami saat ini akibat dari perilaku saya sendiri yang tidak mau mendekatkan diri pada Tuhan. Saya terlalu takut untuk merasakan pencobaan berat lagi, saya terlalu takut kehilangan lagi, saya terlalu takut menderita lagi, padahal seharusnya saya tidak boleh mengandalkan kekuatan sendiri, kita kan punya Tuhan yang hebat! Tidak seharusnya kita menjauh dari Tuhan karena ketakutan kita. Tidak seharusnya kita melepaskan pelayanan kita hanya karena kita tidak mau menanggung salib hidup kita. Tidak seharusnya kita mengabaikan kehadiran Tuhan dan mengandalkan kekuatan sendiri. Sekali lagi ingin saya tegaskan bahwa kita punya TUHAN YANG HEBAT!

Saya beruntung, selagi masih muda saya diingatkan dan diperlihatkan oleh Tuhan cara hidup yang benar dan seturut kehendak-Nya untuk mendapatkan pencerahan dan kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan, untuk mendapat pelajaran yang berharga tentang makna hidup dan mengasihi Tuhan. Sebagai kaum muda mari kita sama-sama belajar untuk semakin taat akan panggilan dan perutusan kita.

Yeremia 1:6-8 "Maka aku menjawab: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN."

Siapapun kita, berapapun usia kita saat ini, tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai pelajaran hidup kita. Tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai atau memulai lagi pelayanan kita. Tidak pernah ada kata terlambat untuk menjawab panggilan dan perutusan kita. Selalu ada tempat bagi kita jika kita mau melangkah dan melayani Tuhan. Jangan sisakan waktu untuk Tuhan tetapi selalu sediakanlah waktu untuk mendekatkan diri pada-Nya. Dia selalu rindu menantikan kehadiran kita. Dia selalu rindu bercakap-cakap dengan kita. Dialah Allah yang sabar, Allah yang setia, Allah yang Maha Kuasa. Dialah Allah kita. Semoga Tuhan menguatkan dan memberkati Anda dan keluarga. Selamat melayani, Tuhan menyertai Anda.