Sunday, May 6, 2018

Maria Sumber Inspirasi dan Teladan Hidup Kita

Ada salah satu kisah yang saya baca dari sebuah buku yang berjudul, "Tuhan Tak Pernah Tidur", karangan Regina Brett. Kisah tentang sebuah keluarga yang dikaruniai seorang anak yang mengalami Down Syndrome. Keluarga tersebut sudah mempunyai lima anak ketika anak terakhir mereka dilahirkan. Tetapi kedua orangtuanya mencintai anak bungsunya itu sama seperti kelima anak lainnya. Ketika akhirnya sang ibu meninggal karena terkena kanker payudara, sang ayah membesarkan keenam anaknya seorang diri. Sang ayah menjadikan putra bungsunya pusat dari semesta. Potongan yang retak itu ternyata membuat mereka utuh.

Sang ayah tak pernah mengeluh menjadi orang tua tunggal dari enam anak. Berpuluh-puluh tahun berlalu. Setiap anak berperan sebagai ibu, kemudian pergi melanjutkan kuliah, dan mewariskan peran ibu kepada adiknya. Ketika sang ayah berusia 80 tahun, semua kakaknya menginginkan si bungsu untuk pindah ke rumah mereka. Tetapi Tuhan berkehendak lain. Sehari sebelum kakak wanita si bungsu menikah, setelah acara makan malam bersama, si bungsu pingsan karena emboli paru-paru. Tak seorang pun dapat menghidupkannya kembali. Seusai misa pemakaman, pastor meminta keluarga untuk merenungkan bagaimana kita menggunakan karunia-karunia kita. Si bungsu datang bersama karunianya secara alami, karunia itu datang bersama ekstra kromosom. Dalam kalimat perpisahannya, sang ayah berkata, "Orang-orang selalu mengatakan bahwa kami adalah karunia besar bagi anak bungsu ini. Justru sebaliknya, dia adalah karunia besar bagi kami."

Saudaraku yang terkasih, ketika Tuhan mengijinkan terjadinya pencobaan dalam hidup kita, kita boleh percaya bahwa Tuhan tidak pernah memberi lebih dari apa yang bisa kita pikul. Beberapa dirancang untuk memikul lebih banyak, beberapa lainnya lebih sedikit. Terlepas dari apapun, bahkan jika kita diminta memikul sebagian dari langit, itu lebih dari yang bisa kita tanggung. Itu adalah karunia.

Sama seperti teladan Bunda Maria yang kita devosikan selama bulan Mei ini. Ketika Bunda Maria berkata, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu. Lalu malaikat itu meninggalkan dia" (Luk 1:38), itu artinya Bunda Maria mau mengajarkan pada kita tentang kepasrahan penuh iman, bahwa kita akan dapat menanggung segala beban penderitaan, maupun tanggung jawab besar dalam segala bidang kehidupan kita.

Teladan Maria bukanlah teladan yang sia-sia. Ketika kita menyerahkan segala persoalan kita di hadapan Tuhan, seringkali jawaban atas persoalan kita terjawab seutuhnya. Pasrah dan berserah penuh iman, berbeda dengan pasrah tanpa usaha. Pasrah yang menjadi alasan kita bermalas-malasan atau mencari pembenaran diri. Ketika kita tetap memegang teguh iman dan kepercayaan kita pada Allah, kita percaya bahwa Allah akan membimbing kita ke jalan yang benar, ke jalan yang seturut dengan kehendak-Nya.

Bagaimana caranya agar kita bisa memperoleh jawaban dari Tuhan atas persoalan kita? Dengan memiliki hidup yang dekat dengan Allah. Sama seperti Bunda Maria yang memiliki hubungan akrab dengan Allah, sehingga Allah berkenan dan mempercayakan anak-Nya yang tunggal kepada Maria. Hubungan dekat antara Allah Bapa dan Maria sungguh tercermin dari perkataan Maria yang menerima seutuhnya perintah dari Allah. Maria tidak memberontak, Maria tidak menolak dan protes, bahkan Maria tidak berlari menjauhi Allah, dia ikhlas hati menuruti kehendak Bapa.

Saudaraku terkasih, mari kita belajar dari Bunda Maria, dengan segala kerendahan hatinya, bersedia menanggung segala perintah Allah, meskipun harus menderita karenanya. Bunda Maria percaya penuh pada ketetapan Allah. Kata-kata Maria hendaknya meneladan kita untuk memiliki hubungan akrab dengan Tuhan. Mari kita membuka hati kita untuk memberikan tempat paling istimewa dalam hati kita bagi kediaman Allah. Selamat menyambut bulan Maria, bulan penuh berkat terutama bagi mereka yang berdevosi kepada Bunda Maria. Semoga Tuhan memberkati Anda sekalian dan Bunda Maria mendoakan kita semua.