Saturday, October 10, 2015

Maria sebagai Lambang Keteladanan

Sebagai orang Katolik, rasanya sudah tidak asing lagi dengan bulan Oktober yang selalu diidentikan sebagai bulan Maria. Yup! Siapa yang tak kenal dengan sosok Bunda Maria ibunda Yesus yang begitu setia mendampingi Yesus sampai dengan kematian-Nya di kayu salib. Bunda Maria menjadi teladan bagi banyak orang terutama umat Katolik. Begitu banyaknya devosi-devosi yang ditujukan pada Bunda Maria. Patung-patung Maria pun selalu ditemukan pada tiap-tiap rumah umat Katolik. Namun sesungguhnya, pernahkah Anda bertanya mengenai siapa sosok Maria sebenarnya dalam hidup Anda?

Ketika melihat lukisan Bunda Maria, ataupun melihat patung Bunda Maria, yang terbayang dalam benak saya adalah keanggunan, kepatuhan, kesetiaan, kesabaran, kelembutan, dan kerendahan hati. Wanita yang pada masa sebelum Yesus dilahirkan selalu digambarkan sebagai tokoh yang lemah, tidak dipandang, tidak penting, dan kedudukannya selalu dianggap lebih rendah dibanding laki-laki. Namun Allah justru memakai wanita sebagai sarana untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

Jujur saya akui, sulit bagi saya menulis tentang Maria. Tokoh Kitab Suci yang telah dikenal dekat dengan gereja Katolik. Saya kehabisan kata-kata, tak mampu merangkai sebuah kalimat pun untuk memulainya. Karena bagi saya, semua tentang Maria adalah kesempurnaan. Keteladanannya, kepatuhannya, kesetiaannya dan semua keyakinannya akan kehendak Bapa begitu sempurna. Lalu apa lagi yang harus saya tulis disini?

Disebutkan dalam Kitab Suci, Maria adalah seorang wanita yang diberkati Tuhan, "Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau" (Luk 1:28), namun apabila kita baca dalam kisah hidup Maria setelah bahkan sebelum melahirkan bayi Yesus, rasanya lebih banyak penderitaan yang ia alami. Bayangkan saja sekarang, ketika Anda harus melahirkan di kandang domba, bagaimana perasaan Anda? Atau ketika anak Anda hilang namun berlaku seolah tidak ingin ditemukan seperti dalam kisah Lukas 2:48-49 "Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau." Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" Derita terberat yang harus dihadapi Maria adalah saat mendampingi putra tunggalnya mengalami jalan salib yang begitu kejam sampai menyaksikannya wafat di kayu salib. Dapatkah Anda membayangkan perasaan itu? Dapatkah Anda masih beranggapan bahwa Maria adalah wanita yang diberkati Tuhan? Bila ia benar diberkati Tuhan, bukankah terasa tak adil baginya untuk mengalami penderitaan yang begitu besar dalam hidupnya?

Bandingkan dengan Anda sekarang, saat Anda mengikuti perayaan ekaristi di gereja. Setiap akhir misa Pastor akan memberkati Anda dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, namun setelah menerima berkat dari Tuhan, sungguhkah Anda merasa terberkati dalam hidup Anda ketika setelah misa harus dihadapkan dengan pulang ke rumah mengurus orang tua Anda yang sakit-sakitan dan sudah pikun, suami Anda yang malas, mertua Anda yang tidak pernah menghargai Anda, anak Anda yang rewel dan tidak mau berhenti merengek. Belum lagi dengan urusan rumah tangga lain yang belum selesai, atau pekerjaan yang harus dibawa pulang karena harus menyiapkan presentasi keesokan harinya. Dan seolah itu semua belum cukup, tetangga Anda yang selalu bertengkar sehingga mengganggu sekitarnya. Saudara Anda yang meminjam uang Anda, sahabat Anda yang telah menikam Anda dari belakang dengan menipu Anda. Bayangkan situasi2 berat lain yang Anda alami saat ini, sungguhkah Anda merasa terberkati seperti Maria padahal rasanya hanya penderitaan saja yang Anda rasakan sejak mengenal Yesus?

Lukas 1:46-48 "Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia." Sesungguhnya Tuhan TIDAK PERNAH menjanjikan bahwa LANGIT itu selalu CERAH, BUNGA selalu MEKAR dan MATAHARI selalu BERSINAR. Tapi ketahuilah bahwa DIA selalu memberi PELANGI di setiap BADAI, SENYUM di setiap KESEDIHAN, BERKAT di setiap COBAAN, dan JAWABAN di setiap DOA. Dia berjanji bahwa Dia akan selalu menyertai Anda dalam setiap langkah hidup Anda. "Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:20)

Ketika Anda merasa mengalami kepahitan, bukankah Anda patut bersyukur ketika diberi kesempatan untuk merawat dan sedikit membalas jasa orang tua Anda disaat banyak orang lain telah kehilangan orang tua mereka? Bukankah Anda patut bersyukur atas anak Anda yang merengek disaat banyak keluarga merindukan kehadiran seorang anak? Saat Anda merasa tidak dihargai oleh mertua Anda, bukankah sepatutnya Anda bersyukur karena Tuhan memberi kesempatan bagi Anda untuk mengenal dan belajar tentang kemurahan hati, kesabaran dan ketulusan melayani sesama? Ketika Anda suntuk dan jenuh melakukan rutinitas pekerjaan atau usaha Anda, bukankah sepatutnya Anda bersyukur bahwa Tuhan memberi Anda kesempatan untuk berkarya? Karena sesungguhnya tidak akan ada kepahitan dan penderitaan saat Anda mampu bersyukur dengan segala kerendahan hati dan mampu berpengharapan dan mengandalkan Tuhan dalam setiap detik kehidupan Anda.

Maria telah lebih dahulu mengalaminya, dalam kepasrahan dan ketaatannya ia mau menerima panggilan Tuhan. Ia dengan rela menjalankan setiap peristiwa dalam hidupnya, baik yang bahagia maupun yang penuh derita. Meneladan Maria berarti kita mau belajar keikhlasan seperti dia. Maria tidak pernah menyesal pada pilihannya menerima kehendak Bapa. Ia patuh, ia setia, ia ikhlas hati dan ia berbahagia. Keikhlasan yang begitu indah yang mengajarkan pada kita bahwa mengikuti Tuhan dan menerima panggilan-Nya berarti juga harus mampu setia pada ajaran dan teladan-Nya. Maukah kita menjadi Maria-Maria masa kini yang dengan ketaatan seperti Maria pada akhirnya mampu menyebarkan kebaikan pada orang lain di sekitar kita? Fiat Mihi Secundum Verbum Tuum - Jadilah padaku menurut perkataan-Mu. Semoga Tuhan memberkati Anda.