Friday, August 11, 2017

Memaknai Kemerdekaan Sejati dalam Keluarga

Ketika berbicara soal keluarga, setiap dari kita pasti memiliki gambaran ideal tentang keluarga yang seperti apa yang kita impikan. Suasana keluarga yang bagaimana yang kita harapkan, atau bahkan saudara seperti apa yang cocok dengan kita. Ya, gambaran keluarga ideal biasanya menjadi curahan hati atau harapan indah yang kita idam-idamkan. Tetapi kenyataan seringkali membawa kita pada kekecewaan. Kenyataan seringkali membuat kita bertanya mengapa kita terlahir dalam keluarga kita sekarang? Atau mengapa kita tidak dapat hidup sebagaimana gambaran ideal kita?

Sebetulnya apabila kita dapat merenungkan makna dibalik keinginan dan harapan kita, apabila kita merasa tidak puas atau bahkan kecewa dengan keluarga kita, mungkin ada keegoisan diri yang menguasai kita. Merenungkan sebuah gambaran ideal keluarga dengan dilatarbelakangi suatu sikap egois tidak akan membuat kita lebih bahagia.

Seorang anak, mungkin mengharapkan orang tuanya untuk tidak membatasi pergaulannya, untuk memberikan kebebasan berteman dan bersosialisasi dengan berbagai macam orang tanpa khawatir orang tua akan melarangnya. Sebagai orang tua, mungkin mereka mengharapkan anak yang rajin dan penurut, tidak pernah membantah sehingga tumbuh menjadi anak yang baik dan berbakti. Seorang suami mengharapkan istri yang mampu mendampinginya dan mendidik anak-anak dengan baik. Seorang istri mengharapkan suami yang bertanggung jawab, setia dan mampu membimbingnya dan anak-anak menjadi suatu keluarga yang rukun. Tetapi gambaran tersebut seakan menjadi impian kosong di siang hari.

Setiap keluarga, pasti banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi. Ketika menghadapi tantangan tersebut, bagaimana sikap kita? Apakah kita menyalahkan keadaan? Ataukah kita menyesali tinggal dalam keluarga kita? Atau bahkan mempertanyakan keputusan Tuhan yang menempatkan kita dalam keluarga tersebut? "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku (Mazmur 139:13)". Ingatlah bahwa Tuhan telah mengenal kita sejak kita ditenun dalam kandungan. Tidak pernah salah keputusan Tuhan. Dialah yang menjadikan kita dan Dia juga yang akan menjaga kita.

Ketika kita sibuk memikirkan gambaran ideal keluarga sebagaimana yang kita harapkan bukankah sebetulnya kita telah menghalangi diri dari sukacita, kedamaian dan ketentraman hati kita? Kita seperti telah menutup diri terhadap berkat-berkat Tuhan dengan keluh kesah dan ketidakpuasan kita pada keluarga kita. Kita lupa bersyukur bahwa ada orang yang menjaga kita, mengingatkan kita ketika kita melakukan kesalahan, menegur kita saat kita menyimpang, orang yang benar-benar perduli pada kita dengan tulus. Selalu ada niat baik yang melatarbelakangi setiap keputusan dalam keluarga. Hanya terkadang sikap kita yang seringkali salah menafsirkan niat baik tersebut. Kita sering berprasangka tanpa terlebih dahulu mengklarifikasikannya dengan keluarga kita. Sikap kitalah sebetulnya yang kadang kala menjerumuskan bahkan menjauhkan kita dengan orang yang kita cintai. Sikap kitalah yang seringkali juga menimbulkan salah paham dan tanpa sadar menyakiti perasaan orang-orang yang kita kasihi. Sikap kita juga yang tanpa kita sadari telah menjauhkan kita dari sukacita tinggal dan memiliki keluarga.

Saudaraku yang terkasih, kita telah hidup dalam dunia yang menghargai dan menjunjung tinggi kebebasan. Kita hidup dalam dunia yang mendambakan kemerdekaan yang sejati. Merdeka dari belenggu keegoisan, merdeka dari jerat iri hati, merdeka dari sikap sinis yang dapat menghancurkan hubungan dalam ikatan persaudaraan kita. Kita yang merdeka tentunya akan mampu mewujudkan gambaran ideal keluarga sebagaimana yang kita dambakan. Kita yang merdeka tentunya akan mampu menciptakan sukacita dalam keluarga kita. Kita yang merdeka adalah kita yang meneladan pada ajaran Allah. Kita yang merdeka adalah kita yang berusaha menjadi seperti keluarga Kudus Nazaret. Kita akan mampu mencapai kemerdekaan itu asalkan kita mau menyediakan waktu untuk Tuhan, dengan rendah hati mau menerima pengajaran Tuhan, mau sukarela mengikuti perintah-Nya dan terbuka pada setiap bimbingan-Nya.

Marilah saudaraku yang terkasih, kita belajar meneladan keluarga kudus Nazaret sehingga kita dapat memaknai kemerdekaan sejati kita. Kemerdekaan dari sikap dan tindakan yang justru akan memecahbelah tali persaudaraan kita. Niscaya dengan meraih kemerdekaan sejati kita maka kita akan menciptakan suasana penuh sukacita dalam keluarga kita. Semoga Tuhan selalu membimbing langkah kita dalam mewujudkan suasana kekeluargaan yang lebih damai. Semoga kita tetap setia mendengarkan nasihat-Nya dan tetap rendah hati pada setiap ajaran-Nya. Semoga Tuhan memberkati dan Bunda Maria mendoakan saudara.