Sunday, August 14, 2016

Kemerdekaan Bagi Orang Muda

Bulan Agustus selalu identik dengan perayaan ulang tahun kemerdekaan negara kita tercinta Indonesia. Bagi beberapa orang, perayaan kemerdekaan ini hanya bermakna sebagai ajang perlombaan-perlombaan yang menarik, pertandingan antar RT/RW setempat, atau hanya sekedar menikmatinya sebagai hari libur untuk bersantai di rumah. Banyak dari kita tidak lagi merasakan makna kemerdekaan yang sesungguhnya.

Apalagi bagi kita yang masih muda, makna kemerdekaan negara rasanya tidak bermakna sesuatu yang berarti atau berharga begitu dalam. Perjuangan melawan penjajah yang mengorbankan jiwa dan raga hanya kita baca dalam buku sejarah saja. Bukan hal yang istimewa. Ketika muncul pertanyaan tentang makna kemerdekaan diantara kaum muda, mereka rata-rata akan memberikan makna lain dari kemerdekaan yang diraih dengan perjuangan fisik tersebut.

Kemerdekaan bagi orang muda sekarang biasanya diidentikan dengan kemerdekaan berekspresi, kemerdekaan dalam mengemukakan pendapat, kemerdekaan dalam bertindak, kemerdekaan dalam hal yang lebih bersifat individual semata. Kemerdekaan kadang membuat anak muda masa kini menjadi lebih agresif dengan mengatasnamakan kemerdekaan yang semu.

Kemerdekaan dalam bertindak, bukan berarti dapat sesuka hati berlaku tidak sopan pada orang yang lebih tua. Kemerdekaan berkomunikasi bukan berarti mengadudomba seseorang dengan yang lain. Kemerdekaan berekspresi bukan pula berarti dengan seenaknya memecahbelah dan berlaku anarkis. Kemerdekaan tidak pula berarti dapat seenaknya merusak atau mengabaikan sesuatu.
Seorang murid yang berkata kasar pada gurunya, atas dasar kemerdekaan berbicaranya mengadukan perkara itu pada orang tuanya yang langsung bereaksi dengan tindakan sepihak memukuli guru yang bersangkutan tanpa terlebih dahulu mengecek masalah yang sebenarnya. Emosi membutakan mata dan menutup logika. Bukan, bukan kemerdekaan seperti itu yang perlu kita perjuangan sekarang ini, jangan menyalahartikan kemerdekaan untuk kepentingan pribadi semata.

Kemerdekaan yang bertanggung jawab adalah kemerdekaan yang sejati. Bukankah sebagai generasi penerus bangsa, kita yang muda dapat memberikan kontribusi dengan mengekspresikan kreatifitas kita menjadi daya tarik bagi bangsa kita? Bukankah kita yang muda sebaiknya memberikan waktu dan tenaga kita untuk hal-hal yang jauh lebih bermanfaat? Bukan hanya dalam kehidupan sehari-hari kita semata, tapi kemerdekaan yang sejati hendaknya kita nyatakan juga dalam membentuk pribadi yang lebih berakhlak, takut akan Tuhan dan menjadi pengikut-Nya yang setia.

Santo Paulus dalam salah satu suratnya mengingatkan pada kita, "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih (Gal 5:13)." Sebagai orang muda yang beriman dan takut akan Tuhan, hendaknya kita mampu mempergunakan semangat muda dan kemerdekaan kita untuk lebih peduli pada sesama kita. Bersikap rendah hati dan santun pada sesama adalah langkah bijak dalam mengisi masa muda kita.

Banyak kisah soal bullying yang terjadi di kalangan orang muda dewasa ini. Sebagai murid Kristus kita diharapkan mampu menjadi panutan untuk menghentikannya. Disaat banyak anak muda tidak peduli lagi dengan nilai-nilai sopan santun dan tutur kata lembut, hendaknya kita mampu menunjukan bahwa menjadi anak muda yang keren bukanlah anak muda yang bersikap kasar dan memberontak. Anak muda yang santun adalah anak muda yang mencerminkan semangat Kristus yang penuh kasih.

Matius 22:37-39 "Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Marilah Orang Muda Katolik, jadilah terang dan garam dunia, mari kita mempergunakan kemerdekaan kita dengan membagikan semakin banyak kasih pada sesama kita. Semoga Tuhan memberkati dan Bunda Maria menyertai.