Friday, December 7, 2018

Mari Kita Mewartakan Damai Seperti Kristus

Ada suatu tradisi dalam perayaan Ekaristi yang tidak pernah hilang sampai sekarang, bahkan melekat erat menjadi satu kesatuan rangkaian yang setiap hari dilakukan dalam misa. Tradisi tersebut adalah Doa Damai, dimana Pastor mendaraskan doa damai kemudian menyampaikannya pada umat. Doa Damai tersebut seolah mau menggambarkan bahwa kehadiran Yesus di dunia ini adalah sebagai Pembawa Damai, bahkan Dia adalah Damai itu sendiri.

Ketika kita memaknai perjalanan hidup kita, dari kecil hingga dewasa sekarang ini, rasanya sangat sulit merasakan kedamaian yang sesungguhnya. Orang yang semakin dewasa justru semakin sedikit yang dapat merasakan kedamaian. Ironis sekali. Bayangkan saja bagaimana dulu ketika kita kecil, ketika kita merasa sakit, hanya berada dalam pelukan ibu saja rasanya sudah damai sekali. Segala kesusahan dan rasa sakit itu tiba-tiba hilang ketika ibu kita memeluk kita dengan hangat.

Ketika kita beranjak dewasa, entah mengapa sulit bagi kita menemukan kedamaian. Sebagai contoh, mungkin ada beberapa dari kita sering datang ke ruang-ruang adorasi untuk berdoa demi sekedar mencari kedamaian. Tapi saat berada di dalam keheningan ruang adorasi, benarkah kita sungguh dapat merasakan kedamaian? Mungkin 5-10 menit pertama, saat kita baru datang dan berniat doa adalah saat tenang dan damai yang paling hakiki. Memasuki menit ke 15, mulai ada pikiran-pikiran lain yang datang. Tiba-tiba merasa badan pegal-pegal. Tiba-tiba ingat bahwa tadi sebelum berangkat ke ruang adorasi sedang dalam keadaan marah karena bertengkar dengan keluarga kita. Atau mungkin kita lalu memikirkan pekerjaan yang belum selesai kita kerjakan padahal itu pekerjaan yang penting. Bagaimana kita memikirkan luka lama yang kembali teringat kala bertemu dengan orang yang tidak kita sukai. Rasa damai dan tenang yang kita rasakan ketika awal memasuki ruang adorasi tiba-tiba langsung terusir, hilang entah kemana. Kita jadi sibuk memikirkan ini dan itu sampai tak sadar tujuan awal kita datang ke ruang adorasi.

Kedamaian menjadi hal yang langka ketika kita banyak memikirkan hal-hal duniawi. Ujian di depan mata, pekerjaan yang sudah tenggat waktu, sakit penyakit yang sedang di derita, hutang yang belum dibayar, kekesalan pada keluarga, kemarahan pada lingkungan sekitar kita, keinginan dan doa yang belum terkabul. Hal-hal kecil yang sebetulnya dapat kita syukuri menjadi hilang dan terlupakan ketika kita banyak memikirkan perihal kefanaan.

Beruntung umat Katolik memegang tradisi yang begitu kental. Tradisi masa adven, selalu dapat membawa kita kembali pada harapan akan memperoleh kedamaian. Masa adven mengingatkan kita kembali bahwa kita sedang menantikan kedatangan penyelamat kita, Yesus Kristus, Sang Pembawa Damai sebagaimana di nubuatkan nabi Yesaya, "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai" (Yes 9:6).

Mari saudara-saudaraku yang terkasih, dalam masa adven ini kita diajak untuk membawa damai sebagaimana Tuhan Yesus membawa kedamaian bagi kita. "Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat" (Luk 21:27-28). Kita mengimani bahwa Tuhan akan selalu hadir disetiap langkah hidup kita. Dia akan menyelesaikan setiap perkara kita. Jadi kita tak perlu khawatir lagi akan hal-hal duniawi. Tuhan mau agar kita membawa damai sebagaimana Dia hadir untuk kita dengan membawa damai juga. Biarlah hal duniawi diselesaikan oleh-Nya, karena janji Tuhan pada kita adalah tetap untuk selama-lamanya, "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." (Luk 21:23)

Selamat menyongsong masa adven kembali. Mari kita wartakan damai dan sukacita kita sambil menantikan kedatangan kembali Yesus Kristus. Mari kita pancarkan wajah Tuhan dengan menebarkan kedamaian pada orang-orang di sekitar kita. Selamat mempersiapkan diri menyambut kehadiran Tuhan dan semoga Tuhan memberkati kita semua. Bunda Maria mendoakan.