Sunday, June 8, 2014

Pengalaman Paskah 2014

Pengalaman Paskah tahun ini merupakan pengalaman masa Paskah yang menarik bagi saya pribadi. Pada tahun ini, kita bangsa Indonesia dihadapkan pada pesta demokrasi yang besar, pemilu legislatif dan pemilihan presiden. Pada masa ini juga sebagai warga Keuskupan Bandung, saya turut bergembira dengan terpilihnya Uskup Bandung yang baru (akhirnya Bandung punya uskup lagi, horeee). Masa Paskah kali ini juga ada dengan pimpinan paroki yang baru diadakanlah novena Kerahiman yang sebelumnya sepertinya belum pernah diadakan di gereja st. Paulus (maklum, saya tidak lahir dan besar dalam lingkungan Paulus, makanya agak tidak yakin juga soal ada atau tidaknya Novena Kerahiman sebelumnya). Dan yang menarik dari semua itu adalah umat yang hadir dalam setiap misa.

Saya perhatikan sepertinya jumlah umat yang mengikuti misa, terutama misa-misa novena jumlahnya ditahun ini sepertinya lebih banyak daripada tahun-tahun sebelumnya. Sungguh menarik melihat banyaknya ujud misa yang dibakar pada tiap misa. Pikiran saya langsung melayang-layang tentang apa kira-kira isi dari ujud misa tersebut. Dalam misa novena Roh Kudus setiap kali misa didoakan 7 karunia Roh Kudus. Kira-kira dalam setiap ujud misa itu adakah yang memohon kerendahan hati, kelembutan, bahasa kasih, ataukah hanya keinginan-keinginan manusiawi dan duniawi semata?

Saya termasuk orang yang suka mengamati, mengamati perubahan perilaku orang lain, sikap dan pola pikir mereka yang bisa berubah entah karena harta ataupun jabatan, bahkan dalam lingkungan pelayanan di gereja. Beberapa orang yang kebetulan berubah sikap biasanya adalah mereka yang aktif dan atau menjabat kepengurusan suatu komunitas. Bukankah tujuan dari pelayananan pada Tuhan adalah demi kemuliaan-Nya dan untuk memberikan ucapan syukur kita yang terbesar atas semua berkat yang telah kita terima sapanjang hidup kita? Sadarkah kita saat kita bersikap otoriter, saat pelayanan kita ingin diakui dan dilihat orang lain kita justru telah melukai hati Yesus yang Mahakudus itu? Banyak dari kita yang ingin menunjukan pelayanan kita pada orang lain. Bukannya bersikap rendah hati dan mengalah, kita cenderung ingin menonjol dan tersorot.

Sebagai manusia biasa yang rapuh dan juga penuh akan kekurangan, saya pun mengakui kadang kala saya sangat ingin berkomentar pada pelayan-pelayan Tuhan yang bersikap menyakiti hati Tuhan. Namun saya pun bukanlah manusia sempurna dan masih perlu banyak belajar mengikuti ajaran dari Tuhan. Namun kala saya lihat ada orang-orang tertentu yang justru hanya bisa memberikan komentar tanpa memberi kontribusi apapun bagi saya, apa bedanya pengomentar itu dengan orang-orang yang ingin disanjung dan dipuji? Kita hidup dalam ajaran cinta kasih, bila kita merasa ada ketidaksesuaian antara tingkah laku dan ajaran gereja, tidak seharusnya kita saling komentar satu sama lain mempersalahkan ini dan itu, tapi hendaknya kita sendirilah yang menjadi teladan sehingga terciptalah suasana pelayanan yang tulus dari hati kita masing-masing.

Tujuan saya menulis bukanlah untuk menyindir siapapun, bukan pula bermaksud menggurui apalagi menyakiti seseorang. Tujuan saya menulis ini adalah sebagai sebuah cerminan jiwa bagi saya pribadi, pelayan Tuhan seperti apakah saya ini? Bahkan sebelum Yesus lahir, ibunda Yesus yaitu Maria telah mengajarkan pada kita tentang kerendahan hati. Perkataan favorit saya dari pernyataan Bunda Maria adalah: "Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut kehendak-Mu", ungkapan seorang manusia yang sederhana yang rasanya semakin jarang kita temui dijaman sekarang ini. Manusia punya kecenderungan ingin dipuja dan disegani, ingin diperhatikan dan dihormati, ingin memaksakan ambisi dan kehendak pribadi. Namun ajaran kerendahan hati yang diteladani Bunda Maria hendaknya kita miliki juga.

Saudaraku yang terkasih, kala saya menulis ini, teringat saya pada pepatah lama yang mengatakan bahwa semut diseberang lautan tampak, namun gajah dipelupuk mata tak tampak. Sama seperti dalam injil Matius yang mengatakan "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Mat 7:3-5)

Sebagai manusia kita terkadang tidak menyadari bahwa kita telah menjadi batu sandungan bagi sesama kita, kita telah bersikap angkuh dan arogan, menganggap diri paling suci dan paling benar. Bersikap picik tanpa kontribusi, hanya mampu berkomentar tanpa berani menjadi teladan. Saat itu terjadi, mintalah selalu pada Tuhan agar kita dikelilingi sahabat-sahabat yang kadang harus seperti Bintang dilangit yg tetap kelihatan dan selalu mengawasi kita, kadang harus seperti Jarum Jahit yg walaupun menusuk tapi selalu bersifat menyatukan. Sahabat itu tak boleh seperti gunting yang hanya bisa memotong dan saling memisahkan. Biarlah para sahabat itulah yang menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk tidak jemu-jemunya mengingatkan kita, menyadarkan kita dan menegur kita saat kita sedang menempuh jalan yang menyimpang dari ajaran Tuhan kita Yesus Kristus. Berdoalah demi sahabat-sahabat sejati itu agar kita dapat hidup semakin lebih baik setiap harinya.

Saudaraku yang terkasih, kiranya Roh Kudus menerangi dan menuntun kita selalu dalam perjalanan hidup dan pelayanan kita, baik bagi keluarga, masyarakat dan gereja kita. Semoga semangat kerendahan hati dan ketulusan menjadi dasar hidup kita. Semoga pemimpin-pemimpin negara kita pun mampu menjalankan amanah rakyat. Dan semoga kita semakin bertumbuh dalam iman dan kasih kita kepada Tuhan. Salam penuh kerendahan hati. Semoga Tuhan memberkati Anda dan keluarga.