Sunday, September 9, 2018

Kitab Suci Penuntun Langkahku

Ketika orang Katolik berbicara soal Kitab Suci, banyak diantaranya mengaku jarang bahkan hampir tidak pernah meluangkan waktu untuk membaca Kitab Suci. Kitab Suci menjadi benda rohani wajib yang dipakai hanya pada saat belajar agama saja. Atau ada pertemuan lingkungan, atau ada acara khusus. Ketika banyak dari kita kurang merasakan manfaat dari membaca Kitab Suci dan banyak diantara kita juga yang tidak memberikan waktu luang untuk itu.

Secara jujur, saya awalnya adalah golongan orang Katolik yang begitu, jarang membaca Kitab Suci. Pikir saya, toh saya bisa mendengarkannya minimal saat saya mengikuti perayaan Ekaristi. Saya tak pernah berkeinginan untuk membukanya, apalagi membacanya. Bagi saya apa yang dibacakan saat misa itu saja sudah cukup dan tidak merepotkan saya.

Gereja Katolik belakangan ini sangat rajin menggalakkan program membaca dan membahas tentang Kitab Suci. Gereja sangat menganjurkan agar kita dapat membaca Kitab Suci setiap hari. Saya jadi teringat pengalaman dalam kehidupan sehari-hari kita. Olahraga yang sering saya lakukan adalah lari. Entah itu pagi atau sore sepulang kerja. Pelari cupu (=culun punya), hanya sekedar iseng, hobi dan senang-senang semata. Suatu ketika, teman saya mengajak saya berlari pada event lari selevel marathon (42 km). Dalam hati saya langsung terlintas, “Buset, sanggup ga yaa saya?” Lalu akhirnya setelah berunding disepakati untuk berlari Half Marathon dulu saja untuk mencoba kekuatan kaki kita (Half Marathon = 21,1 km).

Kami punya waktu beberapa bulan sebelum event itu berlangsung. Sebagai pelari cupu, setiap pagi ketika melihat ada orang yang sedang lari pagi, pikiran saya langsung teringat pada event itu. Saya terus berpikir, sanggup atau tidak ya? Finish atau tidak nih? Saya menjadi paranoid dan tegang sendiri, berpikir kalau-kalau saya tidak bisa menyelesaikan lari itu. Saya lalu memutuskan untuk rutin berlatih lari seminggu 2-3 kali. Tidak pernah lama, maksimal 1 jam atau maksimal 10 km, tergantung waktu latihan yang saya pilih. Tapi maksimal hanya 10 km, tidak lebih. Sedangkan saya nanti harus berlari 2 kali lipat dari itu.

Ketika akhirnya event itu berlangsung. Saya berhasil finish sesuai dengan ketentuan waktu yang ditetapkan oleh panitia. Ternyata saya sanggup. Ternyata saya berhasil. Ternyata latihan saya tidak sia-sia, pada akhirnya saya dapat puas dengan hasilnya karena berhasil melewati garis finish. Begitu juga dengan perjalanan iman kita. Kadangkala ketika kita sedang dirundung masalah, ketika rasanya cobaan datang bertubi-tubi tanpa henti, kita sering bertanya pada Tuhan, sanggupkah kita melewati semua cobaan ini? Sanggupkah kita melewati rintangan dan tantangan ini? Ya! Tentu bisa! Asal kita rajin berlatih.

Bagaimana kita melatih iman kita? Dengan membaca Kitab Suci! Sedikit demi sedikit, mungkin satu ayat setiap hari, atau satu perikop setiap hari? Atau satu jam setiap hari? Berlatihlah sedikit demi sedikit. Karena dengan yang sedikit itu, pada akhirnya kita akan bisa mengatasinya, kita akan berhasil melewati badai kehidupan kita. Kita akan mencapai garis finish kita masing-masing! Dan yang pasti kepuasan dan kedamaian akan kita rasakan saat kita berhasil melampaui hal yang awalnya kita pikir akan mustahil. Percayalah!!!

Saudaraku yang terkasih, selamat belajar meluangkan waktu untuk membaca Kitab Suci, selamat belajar untuk mewartakan Injil, selamat mencintai Kitab Suci. Karena Tuhanlah yang berbicara langsung pada kita lewat Kitab Suci. Tuhanlah yang secara langsung menjawab semua pertanyaan-pertanyaan kita lewat Kitab Suci, dan yang pasti Tuhan juga yang akan selalu menuntun jalan kita ketika kita rajin membaca Kitab Suci. Semoga Tuhan memberkati Saudara dan Bunda Maria mendoakan kita semua.