Tuesday, September 22, 2020

Rosario sebagai Dasar Iman Kita

"Kenapa sih orang Katolik itu selalu bawa rosario kemana-mana? Seperti membawa jimat saja." Pernahkah Anda mendengar orang yang bertanya seperti itu? Atau mungkin justru Andalah yang pernah mengalaminya sendiri? Lalu bagaimana jawaban Anda ketika ada orang yang bukan Katolik bertanya seperti itu pada Anda? Benarkah orang Katolik memperlakukan rosario sebagai jimat?

Doa devosional yang menjadi kegemaran Paus Yohanes Paulus II ini adalah doa yang sangat sederhana. Dengan mendaraskan doa Salam Maria berulang kali, umat Katolik diajak untuk merenungkan setiap peristiwa penting yang dialami Yesus semasa hidup-Nya, bahkan dari sejak dalam kandungan ibunda-Nya.

Bunda Maria menjadi teladan kesederhanaan itu, Bunda Maria juga menjadi ukuran ketaatan yang patut dicontoh. Bunda Maria dengan segala kemanusiawiannya merupakan tanda kemurahan sekaligus kebesaran kasih Allah kepada manusia. Allah yang ingin hadir ditengah manusia, Allah yang ingin menyelamatkan manusia, Allah yang ingin dekat dengan ciptaan-Nya, Ia begitu mengasihi manusia sehingga kemudian menjelma dalam diri Yesus Kristus yang dikandung oleh Perawan Maria.

Kesederhanaan Maria, kesederhanaan doa Rosario menjadi teladan bagi umat Katolik untuk lebih menghidupi iman kita sebagai seorang Katolik, karena di dalam setiap kesederhanaan pada doa rosario inilah makna terdalam pada iman Katolik benar-benar dapat kita renungkan. Ketika kita sedang berdoa rosario, kita diajak untuk melihat kembali dasar iman yang menjadi awal bagi kita untuk menjadi Katolik.

Mungkin banyak orang yang bukan Katolik sering mendengar atau membaca kisah tentang mujizat berdoa rosario. Mereka menjadi berasumsi bahwa kita memperlakukan rosario sebagai jimat yang biasa dibawa orang Katolik. Ya, jujur saja, memang kita mengakui bahwa mungkin sebagian besar umat Katolik di seluruh dunia, biasanya selalu membawa rosario kemana-mana. Entah di saku, atau dalam dompet, atau disimpan di tas, tapi sepertinya rosario menjadi barang wajib yang harus dibawa. Apa itu berarti kita memperlakukan rosario sebagai jimat kita?

Jimat adalah suatu benda yang dianggap mempunyai kekuatan supranatural yang konon katanya, dapat melindungi orang yang membawanya. Jimat dikonotasikan secara negatif sebagai hal yang bertentangan dengan iman dan kepercayaan semua agama. Tentu berbeda ketika kita membawa rosario dalam keseharian kita. Rosario bukanlah jimat bagi orang Katolik, karena ketika rosario hanya kita bawa dan selalu tersimpan rapi dalam tas kita, rosario itu menjadi tidak berarti. Rosario hanya merupakan aksesoris semata yang dapat kita pamerkan sebagai atribut pelengkap. Rosario yang sejati adalah rosario yang didaraskan dengan doa-doa dan renungan-renungan peristiwa hidup Yesus. Rosario menjadi lambang kesempurnaan iman Katolik kita justru pada saat kita selalu menyediakan waktu untuk mendoakannya, merenungkannya, dan mendaraskannya setiap kali kita ada kesempatan.

Saudaraku yang terkasih, jangan ragu apabila ada pernyataan-pernyataan yang kita dengar tentang asumsi orang mengenai rosario. Kita sebagai orang Katolik sangat patut bersyukur dikaruniai banyak cara untuk meneguhkan iman kita akan kebesaran dan kasih sayang Allah pada manusia. Iman Katolik mengajarkan bahwa lewat kesederhanaanlah sesungguhnya kita diajak untuk mampu menampilkan wajah Yesus pada sesama kita.

Mari kita semakin sering mendaraskan doa rosario dengan penuh iman, karena lewat kesederhanaan doa rosario inilah justru Allah hadir dan menyapa kita, memberi teladan dan amanat kasih lewat peristiwa-peristiwa penting hidup Yesus. Semoga kita selalu setia dan semakin mengimani kasih Allah melalui doa rosario. Mari kita menyempurnakan iman kita sebagai seorang Katolik yang sejati lewat doa rosario. Selamat berdoa rosario, semoga Tuhan memberkati kita semua dan Bunda Maria mendoakan.   

Tuesday, July 28, 2020

Memilih Menjadi Seorang Katolik

Apa kabar saudaraku? Sudah lama rasanya saya tidak menulis. Ketika banyak hal terlintas dalam benak dan ingin menuangkannya dalam tulisan, seringkali kata-kata tidak mudah diungkapkan. Saat ini kembali mencoba duduk diam sambil kembali berusaha menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah kisah dan rangkaian kata. Seperti halnya virus corona yang melanda di berbagai belahan dunia membuat banyak orang kembali berpikir dalam dirinya, apa yang paling penting dan paling berharga dalam hidupnya, saya pun ingin berusaha menempatkan diri dan merenungkan bagaimana hidup saya selanjutnya.

Hari-hari sibuk dan padat yang biasa kita lewati, mendadak menjadi hari yang terasa lambat dan melelahkan. Saat kita biasa menghabiskan waktu bersama teman dan kerabat, sekarang hanya berdiam diri dalam kamar. Rasa sepi dan sedih membawa sebagian besar orang, termasuk saya kembali ke dalam diri dan bertanya tentang makna hidup ini.

Dimana saya tinggal, bagaimana saya ingin hidup saya dijalani, apa prioritas hidup yang sebaiknya saya pilih, konsekuensi apa yang bisa saya dapatkan, seperti apa saya ingin dikenang, dan berbagai macam pertanyaan lain dapat muncul dalam perenungan tentang hidup.

Sebagai seorang yang memilih menjadi seorang Katolik, melihat bagaimana orang Katolik bereaksi dan beraksi dalam menghadapi pandemi yang sedang melanda di Indonesia, membuka mata dan hati saya bahwa hidup itu, bukan melulu memikirkan bagaimana saya hidup, bagaimana saya bisa bertahan, apa yang harus saya lakukan demi hidup saya, kemana saya harus melangkah, apa, dimana, bagaimana, saya....saya....saya.... Tidak! Bukan itu! Bukan saya! Tapi KAMI! Kita semua! Kita bersama!

Hidup itu adalah tentang KITA! Kita bisa melakukan banyak hal bermakna yang dapat memberikan kepuasan batin, kita bisa membantu baik secara fisik maupun mental pada orang-orang di sekitar kita. Seandainya kita mau melihat lebih jauh dan mendengar lebih banyak, ternyata dengan sekedar mengucapkan kata-kata salam hangat dan penuh kasih, dapat memberikan semangat baru untuk orang yang sedang berbeban. Apabila kita mau lebih terlibat dengan sesama, kita dapat bertindak lebih banyak bagi banyak orang.

Menjadi Katolik, bukan hanya menjadi orang yang rajin ke gereja, rajin mengikuti misa streaming, hanya sibuk berdoa siang malam tanpa berusaha untuk melakukan sesuatu. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mat 25:40). Lagi kita diingatkan, "Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." (Yak 2:18)

Saudaraku terkasih, menjadi seorang yang beriman Katolik berarti kita juga diharapkan untuk mampu hidup meneladan ajaran-ajaran Kristus. Yesus mengajarkan pada kita tentang perbuatan-perbuatan kasih yang dapat kita lakukan untuk sesama kita. Lingkungan sekitar kita membutuhkan kerjasama dan dukungan kita untuk mengatasi kesulitan selama pandemi ini. Kita dapat memberi teladan bahwa mencintai Yesus itu sama dengan mencintai sesama kita, meneladan Yesus itu sama dengan meneladan perbuatan-perbuatan kasih-Nya. Menjadi 100% Katolik, itu sama artinya dengan menjadi lebih peka dan berbela rasa dengan sesama kita, dengan tetangga sekitar kita, dengan lingkungan sekitar kita, dan akhirnya dengan saudara sebangsa kita. Mari kita tunjukan iman Katolik kita dengan lebih banyak memberikan perbuatan-perbuatan kasih pada sesama. Selamat menyambut hari Kemerdekaan RI. Semoga Tuhan Yesus memberkati dan Bunda Maria mendoakan kita selalu.   

Sunday, April 28, 2019

Bunda Maria Pengantara Kita

Topik yang selalu menarik untuk dibahas dalam iman Katolik dan seringkali dijadikan bahan perdebatan dalam hal kepercayaan dengan umat beragama lain adalah topik tentang Bunda Maria. Ya, umat Katolik selalu menghormati dengan cara yang istimewa terhadap ibunda Yesus ini. Bahkan memperingati penghormatan terhadap Bunda Maria ini melalui bulan-bulan tertentu sepanjang tahun, yaitu bulan Mei dan Oktober.

Setelah baru-baru ini merayakan kebangkitan Yesus melalui Pesta Paskah, kemudian sekarang dihadapkan pada bulan yang ditetapkan untuk menghormati Ratu Rosario umat katolik, mau tidak mau saya diingatkan kembali alasan mengapa umat Katolik begitu menghargai Maria ibunda Yesus ini.

Dalam mengenang perjalanan salib Yesus ketika membiarkan diriNya disiksa, dihina, sampai akhirnya wafat disalib, Bunda Maria selalu mendampingi. Mendampingi anaknya yang menderita, memangku jenazahNya dengan hati yang hancur, hanya mampu memandang putra kesayangannya dari bawah salib dan menanggung semua dalam hatinya.

"Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. (Yoh 19:26-27)." Peristiwa istimewa yang disampaikan Kitab Suci sesaat sebelum Yesus wafat, ingin menunjukan pada kita semua, bahwa Yesus mau agar kita sebagai murid-muridNya juga menerima Bunda Maria di dalam kehidupan kita, di dalam rumah kita, didalam doa-doa kita, bahkan ditengah keputusasaan kita ketika kita sedang menghadapi ketidakadilan yang mungkin menimpa kita, sama seperti dulu ketika Yesus pun harus menanggung ketidakadilan yang dituduhkan dunia padaNya.

Kita sebagai umat Katolik dan sepenuhnya murid Yesus, tidak berdoa kepada Bunda Maria agar dia mengabulkan doa kita. Namun kita berdoa pada Bunda Maria dengan keyakinan penuh bahwa Bunda Maria akan menghantarkan doa-doa dan permohonan kita pada Yesus anaknya. Bunda Maria telah menjadi pengantara doa yang sangat baik. Dia menyampaikan setiap keluh kesah dan beban berat yang kita alami dengan penuh kebijaksanaannya sehingga Tuhan membantu kita menghadapi setiap pencobaan yang diijinkan terjadi pada kita. Melalui Bunda Maria juga, kita diajarkan keteladanannya yang dengan penuh kerendahan hati menerima apapun yang Allah kehendaki untuk terjadi.

Saudaraku yang terkasih, di bulan yang dikhususkan ini, marilah kita lebih dekat lagi mengenal Bunda Maria. Apabila kita benar percaya pada Yesus dan ingin melaksanakan ajaranNya dengan baik, hendaklah kita juga mendengar Dia berkata pada kita, "Inilah ibumu". Mari kita menerima Bunda Maria dalam rumah kita. Karena lewat doa Bunda Marialah, sehingga kita tetap bertekun dalam iman kita akan Yesus. Dalam setiap butir-butir Rosario tersimpan kekuatan yang diteladankan Bunda Maria pada kita. Dalam setiap doa Salam Maria yang kita daraskan kita juga dianugerahi ketaatan yang lebih dalam sebagaimana Bunda Maria taat pada Bapa. Dalam setiap peristiwa yang kita kenangkan dalam doa rosario, kita juga diingatkan bahwa Yesus, yang sungguh Allah dan sungguh manusia itu telah lahir dari rahim seorang ibu yang tetap perawan, yang dengan segala kerendahan hatinya selalu tetap percaya pada kehendak Bapa. Semoga Tuhan memberkati saudara sekalian dan Bunda Maria mendoakan.  

Sunday, March 3, 2019

"Aku Menyertai Kamu Senantiasa Sampai Akhir Zaman"

Setiap manusia, pasti mengalami titik balik dalam kehidupannya. Ada yang mengalaminya kerena kehilangan orang yang dikasihinya, ada yang mengalaminya karena sakit penyakit yang diderita, atau justru mengalami kebahagiaan karena doa yang terkabulkan. Namun apapun dasarnya, entah itu lewat kebahagiaan ataupun melalui pencobaan yang harus dialami, manusia pasti mengalami titik balik dalam kehidupannya.

Titik balik itulah yang bagi kita umat beriman, kita sebut dengan pertobatan. Kadangkala kita tak menginginkan hal-hal buruk itu terjadi, tetapi Tuhan mengijinkan terjadinya pencobaan tersebut. Tuhan ingin membentuk kita menjadi bejana yang lebih indah, karena berlian pun ditempa dengan api untuk dapat terlihat indah.

Ketika manusia sedang mengalami pencobaan, seringkali kita sebagai makhluk yang lemah ini berkeluh kesah, menggerutu dan bahkan marah pada Tuhan. Kita tidak terima dan menganggap Tuhan itu tidak adil pada kita karena Dia mengijinkan kita mengalami penderitaan tersebut. Kita lupa bahwa Yesus pun terjatuh sampai 3 kali ketika memikul salib-Nya. Penderitaan yang mungkin sedang kita alami ini tidak sebanding dengan penderitaan yang Yesus alami. Dia memikul salib-Nya yang berat tetap berusaha bangkit kembali setiap kali terjatuh, apalah artinya penderitaan yang kita alami ini dibandingkan penderitaan yang Yesus alami?

Saudaraku yang terkasih, ketika Yesus menjalani jalan salib-Nya yang berat, Dia mengajarkan pada kita bahwa seberat apapun cobaan yang sedang kita alami, kita harus terus percaya bahwa Allah selalu menyertai kita. Ketika Yesus berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi" (Luk 22:42), Dia menunjukan pada kita sisi kemanusiaan-Nya yang sedang ketakutan akan mengalami penderitaan yang begitu berat sampai menghadapi ajal-Nya. Namun sebagaimana kita semua tahu, pada akhirnya Dia dimuliakan dengan Kebangkitan-Nya dari alam maut setelah mengalami penderitaan tersebut.

Titik balik dalam kehidupan kita, hendaklah menjadi landasan kita agar dapat melangkah menuju kebangkitan kita masing-masing. Pertobatan kita sebaiknya adalah awal bagi kita untuk menyambut kelahiran pribadi kita yang baru. Sama seperti Yesus yang bangkit pada hari yang ketiga setelah mengalami penderitaan, hendaknya kita juga percaya bahwa kita akan bangkit setelah mengalami pencobaan yang berat ini.

Apabila saat ini Anda sedang bersedih, putus asa, ataupun ketakutan yang sangat dalam akan masa depan Anda, percayalah Yesus pun mengalaminya. Dia tidak lari dari kenyataan, Dia tidak menghindar dan menolaknya, karena Dia percaya bahwa Allah akan memberikan kekuatan, apapun cobaannya. Percayalah saudara, bahwa Anda tidak sendirian menghadapi pencobaan ini. Tetap mendekat dan berserah pada kehendak Bapa adalah jawaban dan kekuatan paling tepat untuk menghadapi situasi apapun. Yesus adalah teladan kita, bahwa kita akan tetap bisa bangkit apabila kita sedang terjatuh, tetap bangkit dan terus bangkit. Di atas sana ada kemuliaan sedang menanti kita. Tetap semangat, tetap teguh dan tetap percaya, semua akan indah pada waktunya.

Semoga saudara dikuatkan dalam proses pertobatan Saudara. Semoga Saudara diteguhkan melalui kisah jalan salib Tuhan kita Yesus Kristus, dan semoga Saudara dapat bersama-sama dengan Yesus mengalami kebangkitan dan kelahiran yang baru setelah proses pemurnian yang Saudara alami saat ini. Tetaplah percaya, bahwa Anda tidak sendirian, "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:20). Semoga Tuhan memberkati Saudara dan Bunda Maria mendoakan. 

Monday, February 11, 2019

Kasih Penuh Hikmat

Ketika memasuki bulan Februari, bulan yang identik dengan warna pink ini seringkali dikaitkan sebagai bulan penuh cinta kasih. Bulan dimana banyak orang merayakan Valentine’s Day, saat semua orang mengungkapkan perasaan kasihnya pada pasangannya, atau pada orang-orang terdekatnya. Ketika banyak diantara kita merasakan sukacita bulan penuh kasih, ternyata banyak juga yang merasakan hal yang sebaliknya.

Ketika seseorang sedang berduka, ketika pasangan suami istri sedang bertengkar, ketika keluarga terpecah-pecah. Bahkan ketika merasa keluarganya sedang diambang kehancuran, orang menjadi semakin sulit menemukan cinta kasih. Orang jadi penuh kekhawatiran dan ketakutan akan dunia ini. Seringkali kesedihan membuat kita kehilangan arah untuk menapaki masa depan selanjutnya.

Sebagai manusia yang lemah, kita sering kali terlena saat kita sedang bahagia dan penuh cinta. Tapi ketika badai menerjang kehidupan kita, kita menjadi benar-benar terpuruk dan kehilangan jati diri. Saudaraku yang terkasih, Tuhan mengajarkan kita untuk hidup 'secukupnya' sebagaimana diajarkan dalam doa Bapa Kami. Hendaknya mulai sekarang pun kita bisa belajar meneladan kecukupan menurut ajaran Yesus. Kita tidak perlu bahagia atau jatuh cinta secara berlebihan kepada sesuatu atau seseorang, sehingga kita tidak perlu mengalami kekecewaan saat apa atau siapa yang kita kasihi ternyata tidak dapat kita miliki atau kita harapkan.

Kasih yang sejati adalah kasih yang penuh hikmat. Setiap kebahagiaan akan berlalu, begitupula kesedihan. Semua akan ada waktunya. Ketika kita tetap penuh hikmat dalam bereaksi terhadap hal-hal yang terjadi dalam hidup kita, tentunya kita akan menikmati sukacita yang lebih penuh. Bukan lagi kekecewaan, bukan lagi ketakutan, bukan kemarahan dan kebencian pada dunia, namun kebijaksanaan dalam bersikap, dalam bertutur kata, dan dalam menjalani hidup ini.

Santo Paulus juga mengajarkan dalam 1 Korintus 13:13 "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih", demikianlah hendaknya kita membagikan kasih kita juga dengan penuh hikmat, karena kasih yang kita bagikan akan mencerminkan bagaimana Allah telah membentuk diri kita seperti sekarang ini. Kasih yang dewasa, kasih yang bijaksana, kasih yang mendidik, kasih yang membawa kita pada keselamatan.

Saudaraku yang terkasih, apapun keadaan Anda sekarang, apakah sedang jatuh cinta, atau bahagia, atau sedang dalam perpisahan, kesedihan, keputusasaan, ingatlah selalu bahwa saat kita menerima Kasih Tuhan kita juga perlu untuk membaginya pada sesama. Saat kita sedang kecewa, ingatlah bahwa Yesus selalu hadir dengan kasih-Nya pada kita. Kasih Yesus itu berlimpah, sadarilah betapa Anda sangat dikasihi Tuhan, sadarilah bahwa Anda tidak sendirian. Kembalilah pada-Nya dan Yesus akan menuntun kembali Anda ke jalan yang benar. Jalan cinta kasih yang penuh sukacita.

Selamat menjalani hidup yang penuh cinta, selamat menerima kasih Allah dan membagikannya pada sesama, dan tetaplah berdoa. Tetaplah menjaga hubungan dekat dengan Tuhan, agar kita dapat membagikan kasih kita dengan bijaksana dan penuh hikmat. Semoga Tuhan memberkati setiap usaha kita dan Bunda Maria mendoakan.  

Friday, December 7, 2018

Mari Kita Mewartakan Damai Seperti Kristus

Ada suatu tradisi dalam perayaan Ekaristi yang tidak pernah hilang sampai sekarang, bahkan melekat erat menjadi satu kesatuan rangkaian yang setiap hari dilakukan dalam misa. Tradisi tersebut adalah Doa Damai, dimana Pastor mendaraskan doa damai kemudian menyampaikannya pada umat. Doa Damai tersebut seolah mau menggambarkan bahwa kehadiran Yesus di dunia ini adalah sebagai Pembawa Damai, bahkan Dia adalah Damai itu sendiri.

Ketika kita memaknai perjalanan hidup kita, dari kecil hingga dewasa sekarang ini, rasanya sangat sulit merasakan kedamaian yang sesungguhnya. Orang yang semakin dewasa justru semakin sedikit yang dapat merasakan kedamaian. Ironis sekali. Bayangkan saja bagaimana dulu ketika kita kecil, ketika kita merasa sakit, hanya berada dalam pelukan ibu saja rasanya sudah damai sekali. Segala kesusahan dan rasa sakit itu tiba-tiba hilang ketika ibu kita memeluk kita dengan hangat.

Ketika kita beranjak dewasa, entah mengapa sulit bagi kita menemukan kedamaian. Sebagai contoh, mungkin ada beberapa dari kita sering datang ke ruang-ruang adorasi untuk berdoa demi sekedar mencari kedamaian. Tapi saat berada di dalam keheningan ruang adorasi, benarkah kita sungguh dapat merasakan kedamaian? Mungkin 5-10 menit pertama, saat kita baru datang dan berniat doa adalah saat tenang dan damai yang paling hakiki. Memasuki menit ke 15, mulai ada pikiran-pikiran lain yang datang. Tiba-tiba merasa badan pegal-pegal. Tiba-tiba ingat bahwa tadi sebelum berangkat ke ruang adorasi sedang dalam keadaan marah karena bertengkar dengan keluarga kita. Atau mungkin kita lalu memikirkan pekerjaan yang belum selesai kita kerjakan padahal itu pekerjaan yang penting. Bagaimana kita memikirkan luka lama yang kembali teringat kala bertemu dengan orang yang tidak kita sukai. Rasa damai dan tenang yang kita rasakan ketika awal memasuki ruang adorasi tiba-tiba langsung terusir, hilang entah kemana. Kita jadi sibuk memikirkan ini dan itu sampai tak sadar tujuan awal kita datang ke ruang adorasi.

Kedamaian menjadi hal yang langka ketika kita banyak memikirkan hal-hal duniawi. Ujian di depan mata, pekerjaan yang sudah tenggat waktu, sakit penyakit yang sedang di derita, hutang yang belum dibayar, kekesalan pada keluarga, kemarahan pada lingkungan sekitar kita, keinginan dan doa yang belum terkabul. Hal-hal kecil yang sebetulnya dapat kita syukuri menjadi hilang dan terlupakan ketika kita banyak memikirkan perihal kefanaan.

Beruntung umat Katolik memegang tradisi yang begitu kental. Tradisi masa adven, selalu dapat membawa kita kembali pada harapan akan memperoleh kedamaian. Masa adven mengingatkan kita kembali bahwa kita sedang menantikan kedatangan penyelamat kita, Yesus Kristus, Sang Pembawa Damai sebagaimana di nubuatkan nabi Yesaya, "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai" (Yes 9:6).

Mari saudara-saudaraku yang terkasih, dalam masa adven ini kita diajak untuk membawa damai sebagaimana Tuhan Yesus membawa kedamaian bagi kita. "Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat" (Luk 21:27-28). Kita mengimani bahwa Tuhan akan selalu hadir disetiap langkah hidup kita. Dia akan menyelesaikan setiap perkara kita. Jadi kita tak perlu khawatir lagi akan hal-hal duniawi. Tuhan mau agar kita membawa damai sebagaimana Dia hadir untuk kita dengan membawa damai juga. Biarlah hal duniawi diselesaikan oleh-Nya, karena janji Tuhan pada kita adalah tetap untuk selama-lamanya, "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." (Luk 21:23)

Selamat menyongsong masa adven kembali. Mari kita wartakan damai dan sukacita kita sambil menantikan kedatangan kembali Yesus Kristus. Mari kita pancarkan wajah Tuhan dengan menebarkan kedamaian pada orang-orang di sekitar kita. Selamat mempersiapkan diri menyambut kehadiran Tuhan dan semoga Tuhan memberkati kita semua. Bunda Maria mendoakan.   

Sunday, November 4, 2018

Waktu Terbaik Menurut Tuhan

Banyaknya bencana alam belakangan ini membuat saya semakin menyadari bahwa kematian itu merupakan sesuatu hal yang pasti dan tidak ada seorang pun yang tahu kapan waktunya. Ketika seseorang mengalami suatu peristiwa kematian seringkali orang tersebut bertanya pada Tuhan mengapa hal ini terjadi atau bagaimana mungkin kematian menjemput begitu cepat, padahal kita berbuat banyak bagi orang yang meninggal tersebut? Ketika kita mengalami kematian orang-orang yang kita kasihi kadangkala kita menjadi marah dan berontak bahkan menjauh dari Tuhan. Kematian mendadak seperti kecelakaan atau bahkan penyakit yang tidak terduga membuat kita juga berfikir bahwa hidup itu tidak adil. Pernahkah kita menjauh dari Tuhan karena peristiwa kematian atau kita justru semakin mendekat ketika peristiwa kematian itu datang?

Adalah seorang pemuda yang semasa hidupnya bekerja sangat keras. Dalam waktu singkat, pemuda ini berhasil mencapai kesejahteraan yang besar. Hidupnya berkelimpahan, sukses di masa muda ini membuatnya percaya diri untuk melangkah ke jenjang berikutnya. Pemuda ini lalu memutuskan untuk berkeluarga dan menjalin hubungan yang harmonis dan bahagia dengan keluarga kecilnya ini. Semua orang disekitarnya melihat berapa hebatnya pemuda ini, banyak yang bertanya mengenai kisah hidupnya yang dipandang orang menjadi gambaran ideal dari kehidupan. Anehnya, dalam hati pemuda ini dia malahan merasa hidupnya tidak sesempurna yang orang lain pikirkan. Dia merasa kesepian. Dia merasa sendirian, dia merasa bahwa tidak ada lagi yang harus dia lakukan karena dia sudah berhasil mendapatkannya, tidak ada lagi yang ingin dicapainya, dia merasa putus asa karena kehilangan tujuan hidupnya.

Kemudian pemuda ini menemui seorang bijaksana. Dia bertanya kepada orang bijaksana itu, mengapa dia merasa seperti ini, mengapa dia tidak merasa bahagia padahal semua dia sudah berhasil meraih apa yang dia usahakan semasa mudanya. Orang bijaksana itu lalu berkata, "Buatlah sebuah daftar setiap hari, tentang apa yang akan dilakukan seandainya hari itu adalah hari terakhir Anda." Pemuda tersebut pulang dan melakukan seperti yang dianjurkan oleh orang bijak tersebut. Setiap hari, dia membuat daftar apa saja yang akan dilakukannya seandainya hari itu adalah hari terakhir dalam hidupnya. Dia berubah, tidak lagi merasa kesepian, tidak lagi memikirkan hal-hal kecil yang membuatnya tidak bahagia. Dia mulai menikmati setiap harinya tanpa banyak merisaukan hal yang sepele. Dia sekarang bahagia.

Saudaraku yang terkasih, pernahkah Anda membuat daftar kegiatan sebagaimana pemuda tadi lakukan? Pernahkah Anda membuat daftar kegiatan tentang apa yang akan Anda lakukan seandainya hari ini adalah hari terakhir Anda? Pernahkah Anda bahkan mencoba membuat daftar itu? Cobalah. Mungkin daftar itu akan membantu Anda menemukan jawaban atas kesulitan Anda. Mungkin juga daftar itu akan membawa Anda pada kedamaian yang selama ini sulit Anda dapatkan. Atau mungkin daftar itu akan membawa Anda pada kebahagiaan yang selama ini Anda cari. Cobalah mendekat pada Tuhan, Dia hanya sejauh doa. Dia akan membantu Anda dalam membuat daftar yang tepat. Sehingga bilamana waktunya tiba, Anda sudah siap. Bilamana waktunya tiba, tidak ada lagi penyesalan. Bilamana waktunya tiba dan Anda harus pulang, Anda akan pulang ke rumah Bapa dengan penuh sukacita dan kebanggaan bahwa Anda sudah meraih banyak hal selama masa hidup Anda di dunia. Hendaknya kita bersiap-siap selalu. Ketika Dia memanggil, dengan mantap kita akan berkata, "Ini aku, Bapa. Aku siap."

"Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta, supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur. Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah! (Mrk 13:35-37)."

Saudaraku yang terkasih, marilah kita mempersiapkan hati dan pikiran kita agar kelak kita dipantaskan ketika memasuki gerbang keabadian kita masing-masing. Selamat belajar menjadi lebih baik. Selamat mencari Tuhan dan bertekun dalam pengajaran-Nya. Semoga Tuhan memberkati dan Bunda Maria mendoakan kita semua.