Thursday, December 8, 2016

Damai Sejahtera, Datanglah!

Bagi seluruh umat Katolik, menjelang penghujung tahun berarti adalah mengawali tahun Liturgi yang baru. Awal tahun liturgi selalu ditandai dengan kedatangan masa adven, masa penantian, masa pertobatan. Pesan Natal tahun ini adalah "Immanuel, Damai Sejahtera. Datanglah." Damai sejahtera, pesan yang sangat menyejukan di hati. Kita semua tentunya menginginkan damai sejahtera selalu datang dalam kehidupan kita. Hati yang damai adalah hati yang layak untuk menantikan kedatangan Juru Selamat kita, Yesus Kristus. Namun, pada masa sekarang ini sepertinya tidak banyak orang yang dapat merasakan kedamaian, banyak orang sibuk memikirkan betapa kerasnya hidup ini, betapa beratnya beban yang harus ditanggung. Betapa banyaknya orang yang datang dan pergi dalam kehidupan kita dan meninggalkan luka.

Ketika melihat kedalam diri, banyak peristiwa dalam hidup saya yang tidak berjalan sebagaimana "saya" inginkan. Kekecewaan, penipuan, caci maki, direndahkan, difitnah, dibohongi, sakit penyakit, dan semua hal yang menyedihkan lainnya, yang membuat saya kehilangan kasih dan kedamaian karena saya ingin bebas dari keadaan menyedihkan itu. Semua hal tersebut membuat saya terluka, membuat saya merasa bodoh karena dibohongi, membuat saya merasa tak berdaya ketika mengalami hinaan, membuat saya tak bisa berhenti memikirkan orang yang telah menyakiti saya karena saya terus memendam rasa sakit hati. Yaaa, saya tersakiti oleh orang-orang disekitar saya. Mereka telah sadar atau tidak sadar menyakiti saya dengan perbuatan atau kata-kata mereka. Tanpa sadar saya pun jadi terus menerus memupuk rasa sakit saya, membiarkannya tetap menjadi luka yang terbuka karena saya tak bisa berhenti memikirkannya.

Kalau sedang merasa kecewa dan disakiti, orang cenderung berpikir begini: "Saya tidak seharusnya diperlakukan begini", "Saya tidak seharusnya mengalami ini", "Saya orang yang tidak sepantasnya diperlakukan tidak adil". "Saya berharga, saya tidak layak menderita karena orang tersebut", kalau begitu STOP! Hentikan mencari pembenaran kelayakan itu, hentikan berlaku sebagai orang yang baik dan hanya pantas mendapatkan hal baik saja. Hentikan bertindak dan berpikir sebagai korban. Korban dari ketidakadilan, korban dari kata-kata bohong, korban dari lingkungan sekitar kita. Berhentilah berpikiran seperti itu dan kalau Anda benar-benar berpikir bahwa Anda berharga, maka hargailah diri Anda sendiri, hargailah waktu Anda, hargailah orang-orang sekitar Anda yang benar-benar perduli pada Anda. Bukankah dengan lapang dada menerima sebuah batu sandungan dan iklas menjalaninya justru akan semakin meningkatkan nilai diri Anda? Bukankah dengan mau menerima diri sendiri dan mau memaafkan diri sendiri itu akan lebih membawa kedamaian dibandingkan dengan menghujat dan mencari kambing hitam atas masalah Anda? Apakah waktu Anda yang berharga layak untuk dihabiskan dengan berpikiran bahwa Anda seharusnya atau tidak seharusnya melakukan ini dan itu? Bukankah akan lebih baik bila Anda dapat mencari sudut pandang yang lain dari masalah Anda dan pada akhirnya akan membawa Anda pada perubahan yang lebih baik? Bukankah Anda mencari damai sejahtera dalam kehidupan Anda?

Matius 5:43-45 berkata "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar." Injil Lukas pun mengingatkan hal yang sama, "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu" (Luk 6:27-29). Ketika kita belajar kerendahan hati dan siap menerima pengajaran dari Tuhan tentang pengampunan, niscaya damai sejatera yang kita rindukan bukan sekedar harapan palsu belaka. Ketika kita mampu melihat bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita itu SUNGGUH AMAT BAIK, niscaya kita tak lagi menggerutu dan mengeluh, menghujat dan mencari kambing hitam, memaki dan menyalahkan.

Berawal dari diri sendiri, maukah Anda bercermin kedalam diri Anda, bertanya dan memperoleh jawabannya dari hasil refleksi Anda sendiri, alasan yang menyebabkan Anda tidak bahagia? Alasan mengapa Anda sulit merasakan damai sejahtera? Alasan untuk apa Anda mensia-siakan waktu Anda? Alasan mengapa Anda sulit mengampuni? Pengampunan berarti juga penerimaan diri. Memaafkan dan memperbaiki apa yang salah dalam hidup Anda. Pengampunan berarti membuka pintu damai dalam hati kita. Mari kita sambut masa adven kita dengan lebih banyak mengampuni sesama kita. Mari kita bersama mempersiapkan hati dan pikiran kita menyambut Sang Bayi damai. Mari kita berseru, "Immanuel, Datanglah!" Datanglah Damai Sejahtera, kami siap menerimanya. Semoga Tuhan memberkati dan doa Bunda Maria menyertai Anda sekalian. Selamat Natal! 

No comments:

Post a Comment