Saturday, November 5, 2016

Masa Penantian Menuju Harapan Baru

Sebuah kisah yang saya dengar baru-baru ini begitu menginspirasi saya dan entah mengapa terus teringat dan terasa sayang bila tidak dibagikan pada banyak orang. Sebuah kisah nyata kehidupan yang bermakna amat dalam dan benar-benar menjadi sebuah inspirasi bahwa sebuah penantian akan menghasilkan suatu harapan yang baru. Harapan yang baru akan dapat mengubah hidup seseorang dan menjadikannya suatu semangat yang tak akan pernah dapat dipadamkan.

Adalah seorang wanita berasal dari sebuah keluarga bukan Katolik kemudian menikah dengan seorang pria Katolik yang menyebabkan dia terpaksa pergi jauh meninggalkan keluarganya itu karena pernikahannya tidak mendapat restu dari keluarganya. Hidup jauh dari keluarga, di tempat yang baru, budaya yang berbeda, tak ada orang lain selain suaminya saja yang dia kenal membuatnya menjadi seorang wanita yang tegar, tabah dan kuat.

Wanita ini berjuang mencari nafkah bagi keluarganya karena ternyata sang suami bukanlah seorang suami yang dapat diandalkan. Tak mungkin dia kembali pada keluarganya yang tak lagi mengakuinya karena dia telah pindah keyakinan menjadi Katolik, tak ada teman yang dapat dijadikan tempatnya mencurahkan isi hatinya, yang dia miliki pada masa-masa terberat hidupnya hanyalah bergantung sepenuhnya pada kuasa dan kekuatan dari Tuhan.

Sepanjang perjalanan hidupnya, dia mempersembahkan waktu, tenaga dan pikirannya hanya demi menghidupi dan menyekolahkan anak-anaknya sehingga semua anaknya dapat meraih kesuksesan. Sepanjang hidupnya pula dia pasrah dan berserah pada Tuhan, hanya Dialah tempat mengadu dan mencurahkan air matanya.
Selama masa hidupnya yang dia serahkan untuk mengabdi pada Tuhan dan keluarganya, dia tak pernah sekalipun meragukan campur tangan Tuhan dalam hidupnya, dia dengan setia menantikan janji Tuhan untuk menjaganya. Hanya dengan berdoa dia mendapat kekuatan, hanya lewat doa pula dia berani menaruh harapannya akan hidup yang jauh lebih baik.

Memasuki masa adven ini, masa penantian akan kehadiran Yesus, saya ingin meniru ibu ini dalam kesetiaannya selama masa penantian. Dia tetap setia berdoa, dia tetap setia melayani Tuhan, dia tetap setia pada panggilannya sebagai seorang Kristiani sejati, dia tetap setia dalam keadaannya yang paling berat, meskipun dia mengalami cobaan yang terus bertubi-tubi namun imannya tak pernah goyah. Tak sedikit pun dia meragukan kekuasaan-Nya, kekuatan-Nya dan kemurahan hati-Nya.

Wanita ini dalam masa penantiannya, dapat selalu menemukan harapan yang baru akan kehidupan yang jauh lebih baik saat dia berdoa pada Tuhan. Ketika dia sedang berjuang mencari nafkah bagi anak-anaknya, dia mendapatkan harapan dari orang-orang di sekitarnya yang membantunya bertahan dalam kesulitannya. Saat dia dihadapkan pada kenyataan bahwa suaminya berlaku tidak setia, dia tetap dapat menemukan harapan baru bahwa Tuhan tetap besertanya, dalam doanya, dalam tangisnya, dalam kepedihannya, dalam keputusasaannya, dia selalu dapat menemukan secercah cahaya harapan baru dari kekuatan doa yang selalu setia dia daraskan. Dia sungguh mengimani bahwa Tuhan tak pernah meninggalkannya sendirian dan terpuruk. Dia tahu Tuhan selalu menggenggam tangannya dan mengangkatnya bahkan lebih tinggi dari keadaan sebelumnya. Imannya, doanya, keyakinannya, pengharapannya pada Tuhan menjadikan saya berpikir betapa kecilnya iman saya jika dibandingkan dengan ibu tersebut.

Ketika sedikit mengalami pencobaan, saya cenderung mengeluh dan menyalahkan Tuhan. Bukannya berdoa, saya sering kali menjauh dan marah pada Tuhan. Bukannya mengimani kekuatan Tuhan, saya cenderung marah dan meninggalkan-Nya.

Ketika saya mendengarkan kisah hidup ibu ini, saya malu. Saya sering merasa sakit hati pada Tuhan apabila saya merasa bahwa keinginan saya tidak terkabul. Saya marah dan berontak saat menghadapi pencobaan yang berat. Saya selalu gagal melihat bahwa dibalik setiap pencobaan sesungguhnya Tuhan sedang menguji iman kita. Tuhan ingin melihat seberapa paham kita akan ajaran-Nya. Maukah kita menerima pengajaran-Nya? Mampukah kita melepaskan ego kita dan berserah pada kehendak-Nya? Mampukah kita melewati rintangan dengan tetap setia pada panggilan kita? Dapatkah kita melihat harapan yang baru, yang sering kali terselubung dibalik kesulitan kita? Dapatkah kita belajar menjadi pribadi yang lebih baik justru disaat kita tengah menghadapi cobaan? Apakah kita berhasil melihat makna dan pembelajaran terselubung yang Tuhan ijinkan terjadi pada kita?

Kisah ini, hanya merupakan gambaran kecil yang saya utarakan disini. Semoga dengan membaca kisah ini, kita bersama dapat belajar untuk tetap setia dalam masa penantian kita. Semoga kisah ini juga dapat menyadarkan kita bahwa dibalik setiap penantian pasti akan selalu ada harapan yang baru. Harapan itulah yang kemudian dapat memulihkan setiap luka dalam hati kita, memulihkan setiap rasa sakit yang kita rasakan, memulihkan hubungan yang retak baik dengan sesama maupun dengan Tuhan. Harapan yang baru adalah harapan untuk menjadikan diri kita lebih baik dan lebih layak menantikan kedatangan Tuhan kita. Selamat menantikan kehadiran Tuhan kita dengan penuh harapan. Mari kita siapkan hati kita untuk menyongsong kehadiran-Nya dengan hati yang bersih, hati yang damai, hati yang telah dipulihkan. Semoga Tuhan memberkati dan doa Bunda Maria melindungi Anda sekalian. Amin.

No comments:

Post a Comment