Tuesday, April 17, 2012

Pembelajaran dari Sebuah Nasi Bungkus



Suatu pengalaman yang baru, menarik dan menyenangkan bagi saya dan teman-teman, dapat turut serta berpartisipasi untuk membagikan nasi bungkus kepada para kaum tuna-wisma di jalanan sekitar kota Bandung. Sudah 2 minggu ini, terhitung tanggal 25 Maret dan 1 April 2012, di gereja tempat biasa saya beribadah kembali mengadakan kegiatan pembagian nasi bungkus untuk mereka yang membutuhkan. Saya bersama beberapa teman dan salah seorang Pastor ikut membagikan nasi bungkus hasil sumbangan dari umat gereja, hal tersebut merupakan pengalaman baru bagi saya dan beberapa orang teman yang baru turut serta dalam kegiatan tersebut. Ada rasa takut sebelum kami pergi membagikan nasi tersebut, takut persediaan nasi  yang kita bawa kekurangan, takut pada saat membagikan akan mengundang keramaian besar, dll. Tetapi rasa takut tersebut seakan hilang setelah kita turun langsung ke lapangan membagikan nasi tersebut.
              
Pengalaman berharga yang saya rasakan adalah ketika saya turun langsung menghampiri seorang pemulung yang sedang turun ke dalam kali di Jalan Merdeka depan kantor Pemkot Kotamadya Bandung. Ketika saya memberikan nasi bungkus tersebut, saya merasakan ucapan terima kasih yang begitu tulus dan besar dari sang pemulung tersebut sehingga membuat diri saya terketuk dan sedikit malu. Ya, ucapan terima kasih, 2 kata yang sangat singkat tapi terkadang sering kita anggap sepele, seringkali dalam kehidupan saya lupa untuk mengucapkan kata tersebut kepada orang-orang di sekitar yang telah membantu atau menolong saya. Ataupun saya sering lupa mengucapkan rasa terima kasih kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan yang terbaik bagi kehidupan saya.


Pengalaman berharga lainnya yang dapat saya bagikan ketika saya bersama teman saya menghampiri sebuah gerobak di sekitar Taman Maluku. Di sana tinggal keluarga yang terdiri dari 3 orang, ketika teman saya tersebut memberitahukan maksud kedatangan kami untuk membagikan nasi bungkus, mereka terlihat sangat senang dan bapak yang tinggal dalam gerobak tersebut memberi tahukan kami bahwa di sekitar mereka ada beberapa orang teman mereka yang sedang berteduh (karena hujan turun pada saat itu) dan bapak tersebut bergegas memanggil temannya. Kembali saya mendapatkan sebuah pembelajaran yang sangat menarik, saya diingatkan, “Apakah pada saat saya sedang dalam keadaan yang sulit dan terpuruk seperti bapak tersebut, saya masih ingat kepada orang lain dan mau membantunya?” Seringkali kita lupa untuk membantu sesama yang sedang kesulitan bahkan pada saat kita berada dalam keadaan yang dapat dikatakan berkecukupan.

Dan pengalaman menarik lainnya ketika saya turun di sebuah perempatan jalan Asia Afrika depan hotel Preanger di dekat lampu merah, ada seorang bapak yang begitu kurus sedang duduk sendirian. Pada awalnya, melihat saya turun dari mobil dan menghampirinya dia hanya memperlihatkan wajah yang penuh keheranan. Saat saya mengatakan bahwa saya ada sedikit nasi untuk dibagikan, wajahnya langsung tersenyum lebar, ada sedikit lega, ada haru dan ada wajah penuh syukur yang tersirat saat dia menerima nasi bungkus dari tangan saya. Rasa syukur karena sepertinya Tuhan menjawab doanya, rasa lega karena akhirnya penantiannya berakhir, dan dengan ekspresi seperti itu sang bapak langsung membuka nasi bungkus yang saya berikan bahkan sebelum saya masuk kembali ke dalam mobil. Sungguh terlihat bahwa bapak itu sangat kelaparan. Sepertinya dia sudah sangat menantikan makanan itu, sepertinya sudah beberapa hari dia tidak makan. Tanpa sadar, saya berucap dalam hati: “Ya Tuhan, terima kasih atas rejeki yang selalu saya terima, sehingga saya tidak pernah merasakan rasa lapar yang begitu besar seperti bapak itu. Ya Tuhan, sungguh benar janjiMu bahwa burung di udara yang tak menabur dan tak menuai pun Kau pelihara, apalagi manusia yang jauh melebihi burung-burung itu” (bdk Mat 6:26). Rasa senang sekaligus haru melihat bapak tersebut menyantap nasi bungkus yang saya bagikan kepadanya, apabila saya pikir-pikir kembali apalah arti nasi bungkus tersebut toh itu hanya sebungkus nasi dengan lauk pauk yang seadanya saja, tetapi pernakah saya mengucapkan rasa syukur yang sangat dalam kepada orang yang telah menyediakan makanan bagi saya sehari-hari? Apabila saya dalam keadaan seperti bapak tersebut yang sepertinya tidak makan beberapa hari apakah saya masih mampu bertahan? Malah terkadang saya sering memilih-milih makanan untuk saya santap atau jajan sembarangan di luar padahal di rumah telah ada orang tua yang telah menyediakan makanan yang lebih sehat untuk saya makan bersama dengan keluarga.


Seorang sahabat pernah mengajarkan kepada saya suatu hal yang menarik, “Orang-orang hebat di luar sana seperti seorang pelukis ternama seperti Leonardo Da Vinci yang menggambarkan wajah Yesus dalam karya nya “The Last Supper” (“Perjamuan Terakhir”) dan seorang aktor Jim Caviezel yang memerankan rupa Yesus dalam film “Passion of The Christ” apakah mereka benar-benar pernah bertemu dengan Yesus sehingga mampu menggambarkan ‘menyerupai’ wajah Yesus yang sesungguhnya? Lalu bagaimana kita bisa percaya bahwa rupa Yesus adalah demikian?” Sambil memikirkan perkataan tersebut teman saya kembali melanjutkan pembicaraannya, “Tidaklah sulit melihat bagaimana rupa Tuhan Yesus, cukuplah lihat sekitar kita masih banyak orang yang kesulitan dan kesusahan, bukankah Tuhan bersama mereka? ‘Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu (Matius 11:28)” Dari perkataan teman saya dan Ayat tersebut hendak mengajarkan kepada kita semua bahwa Tuhan ada pada setiap orang yang membutuhkan bantuan, Tuhan pun rela menderita dan dipermalukan di depan umum pada saat Ia memanggul salib ke Golgota, mungkin dapat saya simpulkan bahwa rupa Tuhan ada pada setiap orang yang saya jumpai pada saat saya bersama teman-teman saya membagikan nasi bungkus tersebut kepada para Tuna-Wisma di jalanan.

Terima kasih Tuhan, karena Engkau telah memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran berarti dalam diri saya dan teman-teman saya untuk dapat peduli dan membantu sesama yang membutuhkan bantuan. Semoga Tuhan akan mengajar dan mengingatkan kita untuk dapat bersyukur atas segala anugerah yang boleh kita terima dalam kehidupan sampai saat ini. Semoga Tuhan juga mau memberkati dan membantu mereka yang saat ini masih hidup dalam kesulitan agar mereka selalu Kau jaga dan Kau berikan perlindungan-Mu. Mari kita semua juga belajar dari para tuna-wisma di jalanan, bahwa sekecil apapun itu, berkat Tuhan sungguh nyata dan patut kita syukuri :)  /KA~FS/







No comments:

Post a Comment